Tuesday, September 29, 2009
Hari ini (8/9), DPR dan pemerintah mencoba mengotori Bulan Suci Ramadhan yang penuh barakah ini. Menjelang berakhirnya masa jabatan di periode 2004-2009 ini mereka mencoba meloloskan sebuah Rancangan Undang-Undang Ketenagalistrikan (RUUK). RUU yang akan disahkan ini merupakan ‘hantu’ atau jelmaan dari UU Nomer 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan yang telah dibatalkan Mahkamah Konstitusi pada 15 Desember 2004.
“Untuk technical assistance pembuatan UU No. 20 yang syarat dengan kepentingan asing tersebut memakan biaya 20 juta dollar Amerika!” pekik Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara Strategis ( FSP BUMN Strategis) Ahmad Daryoko di depan ribuan massa FSP BUMN Strategis dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Selasa (8/9) di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta.
“Begitu UU pesanan asing tersebut dibatalkan, direktur PLN dipanggil, dicaci maki, dihabisi, namun sebenarnya DPR itu senang karena akan ada proyek baru lagi,” beber Daryoko “Nah, proyek barunya ya sekarang ini,” ujarnya sambil menunjuk ke gedung DPR yang dipagar tinggi dan dikunci rapat-rapat.
Tidak sampai sebulan, karena Oktober nanti mereka tidak lagi duduk menjadi anggota DPR sehingga mereka harus kejar setoran. “Ambil pundit-pundinya, sahkan UU-nya, kemudian go out! Apa yang terjadi urusan lo semua” begitulah Daryoko menggambarkan mental wakil rakyat yang tidak bertanggung jawab yang sedang Sidang Pleno itu.
Daryoko pun menceritakan betapa arogannya wakil rakyat tersebut. Ia pernah dipanggil oleh salah satu fraksi, kemudian ia mengatakan, “Bapak-bapak ini percuma mengesahkan UUK ini karena akan kami hadang lagi di MK”. Kemudian salah satu anggota DPR itu menjawab, “Kalau MK mau membatalkan lagi, maka sebelum MK membatalkan, MK akan kami bubarkan”. Daryoko pun balik menantang, kalau MK dibubarkan akan terjadi revolusi.
“Pengesahan RUUK dikebut karena ada pundi-pundi, tetapi UU Tindak Pidana Korupsi mana mau digarap? Tidak ada karena mereka juga tersangkut! Kalau begitu, bubarkan saja DPR, setuju?” tandasnya dan disambut pekikan setuju dari massa yang berdatangan dari berbagai perwakilan cabang FSP BUMN di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Jubir HTI Ismail Yusanto menyatakan keluarga besar HTI mendukung penuh perjuangan keluarga besar FSP BUMN Strategis untuk menggagalkan diberlakukannya RUUK menjadi UUK. Ismail pun mengingatkan kepada semuanya hendaknya perjuangan ini diniatkan sebagai bentuk dari amar makruf nahi munkar.
Sehingga Allah SWT, insya Allah, akan melipatgandakan hingga 70 kali lipat aktivitas amar makruf nahi mungkar di bulan-bulan yang lain. “Pengesahan RUUK adalah sebuah kemunkaran! Karena itu harus kita tolak!” pekik Ismail yang disambut pekikan Allahu Akbar dan tolak, tolak, tolak oleh massa yang tetap bersemangat meski matahari terik menyengat.
Ismail pun menjelaskan letak kemunkaran RUUK tersebut, diantaranya terletak pada kata “dapat” di Pasal 10 dan Pasal 11. Dari kata tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa RUUK ini memuat gagasan unbundling dan privatisasi yang pasti akan menghancurkan PLN serta merugikan rakyat dan negara.
HTI pun mengingatkan, tegas Ismail, kasus PLN ini merupakan salah satu contoh tentang penjajahan global bekerja dan bagaimana setiap langkahnya ditopang oleh para anteknya yang tiada lain adalah orang Indonesia juga yang duduk di DPR dan pemerintahan. Mereka akan terus bekerja hingga seluruh kekayaan negeri ini mereka kuasai. “Dengan kesadaran ini, mestinya kita secara konsisten menolak segala bentuk liberalisme, kapitalisme, dan sekularisme” ujarnya.
Di sinilah relevansi yang sangat nyata dari seruan Selamatkan Indonesia dengan Syariah karena justru syrariahlah satu-satunya yang mampu mengatur negeri ini dengan baik dan benar. Dalam pandangan syariah, energi baik berupa listrik, gas, batubara dan lainnya, merupakan milik rakyat.
Hanya negaralah yang berhak mengelola sumber daya energi yang dilakukan untuk kesejahteraan rakyat. “Menyerahkan kepada swasta apalagi swasta asing, termasuk unbundling dan privatisasi PLN, jelas bertentangan dengan syariah. Karenanya harus ditolak. “Dengan demikian, harus dinyatakan, bahwa syariahlah yang terbukti bisa membebaskan negeri ini dari penjajahan global” pungkas Ismail
Cetak halaman ini
Shalat Jumat Sampai ke Kongres Amerika
Lebih dari seribu laki-laki dan perempuan Muslim berkumpul di depan Capitol di Washington untuk melaksanakan shalat Jum’at secara simbolis dalam sebuah demonstrasi untuk memprotes maraknya prasangka terhadap Islam.
Para demontran secara terpisah antara laki-laki dan perempuan melakukan shalat di sebelah barat Capitol gedung pusat Kongres Amerika.
Loney Shabaz salah satu peserta mengatakan “ini sebuah peristiwa bersejarah. Saya percaya bahwa peristiwa ini telah mengumpulkan semua umat Islam di satu tempat untuk memenuhi kewajiban shalat.”
Dia menambahkan bahwa pesan yang hendak disampaikan oleh kaum Muslim yang berkumpul pada hari Jum’at ini sangat jelas, yaitu menjelaskan kepada publik Amerika bahwa semua prasangka selama ini kepada kaum Muslim tidak benar. “Kami bukan ekstremis, dan kami menolak rasisme.”
Penyelenggara berharap partisipasi dari 50 ribu orang, dan menjelaskan di situsnya bahwa mereka ingin “menunjukkan prinsip-prinsip spiritual Islam.”
Demontrasi yang berlangsung di pagi hari itu berakhir di siang hari. Kemudian mereka meninggalkan tempat acara segera sesudah itu dengan tertib di bawah pengawalan beberapa orang. (mediaumat.com, 27/9/2009)
Cetak halaman ini
Perdebatan Pengamat Terorisme
Operasi penyergapan Densus 88 Antiteror di Jebres, Solo tak hanya menimbulkan histeria publik, tapi juga kontroversi di kalangan pengamat. Sudah lama masyarakat menunggu hari tertangkapnya buron kelas kakap Polri, Noordin M. Top, setelah rekannya Dr. Azahari bin Husein tertembak di Batu, Malang (2005). Pada jam-jam pertama pasca penyergapan Solo ternyata masih ada pengamat yang menyangkal kemungkinan tertangkapnya Noordin.
Dialah Dynno Chressbon yang mengaku punya sumber penting di kalangan petinggi Polisi dan kelompok radikal. Menurut sumber Chressbon, Noordin sedang iktikaf selama 10 hari menjelang lebaran di Jawa Barat, sehingga mustahil tertangkap di Jawa Tengah (Detikcom, 17/9/2009). Selain itu, Chressbon punya teori tersendiri – mirip dengan pandangan Al-Chaidar, mantan juru bicara Darul Islam– bahwa Urwah dan Noordin selama ini tidak pernah bersembunyi di tempat yang sama secara bersamaan. Apalagi, di kota Solo yang tergolong hotspot (wilayah utama) dalam pengawasan aparat, itu sama saja dengan menyerahkan diri.
Jika teori Chressbon benar, maka mungkin saja Noordin tertangkap di Jawa Barat, lalu dibawa ke Jawa Tengah untuk dieksekusi. Dalam konteks ini, Polri harus menjelaskan bagaimana faktanya hingga Noordin bisa terperangkap di Solo. Sebaliknya, jika teori Chressbon terbukti salah, maka profil Noordin tidak serelijius dan se-radikal yang dicitrakan. Noordin ternyata tidak sedang iktikaf di mushola atau masjid, tetapi sedang merancang serangan baru pasca Idul Fitri. Apakah sosok seperti itu masih dipandang membawa misi Islam melawan kejahatan negara Barat?
Lebih janggal lagi, walaupun sumber polisi menyebut ciri-ciri salah satu jenazah yang tertembak di Solo sangat mirip dengan Noordin, Chressbon tetap yakin bukan Noordin yang tewas. Alasannya? Belum ada satupun polisi di Indonesia yang mengetahui ciri-ciri Noordin saat ini, jadi tak bisa main klaim begitu saja, ujar Chressbon. Barulah setelah Kapolri mengungkapkan betapa terdapat 14 titik kesamaan dalam sidik jari dengan identitas Noordin yang dimiliki Polri, maka Chressbon tak terdengar lagi komentarnya.
Dulu, pasca penyergapan di Temanggung dan Jatiasih, Chressbon juga pernah meramalkan bahwa Presiden Barack Obama yang akan berkunjung ke Indonesia pada bulan November menjadi target serangan paling prestisius. Ramalan itu diutarakannya di tengah perdebatan tentang perubahan strategi kelompok teror setelah polisi menyatakan bahwa rumah kediaman Presiden SBY di Cikeas menjadi salah satu target operasi pemboman. Mana yang benar, orientasi penyerangan kelompok teroris itu demi melawan kepentingan domestik atau asing? Para pengamat tak punya kata sepakat.
Tentu saja, prediksi Chressbon dibantah keras oleh Kapolri, karena jika diterima begitu saja akan mengganggu kredibilitas pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan SBY dalam menciptakan stabilitas nasional dan keamanan regional. Padahal, SBY dikenal sangat dekat dengan pemerintahan AS. Sebelum pemilihan presiden tahun 2004, SBY berkunjung ke negeri Paman Sam untuk mempresentasikan gagasannya tentang Indonesia yang aman, demokratis dan terbuka, serta bersahabat dengan negara-negara di dunia. Kunjungan serupa juga akan dilakukan pada akhir September 2009, sebelum pelantikan SBY untuk periode kedua.
Kedatangan Obama akan membuktikan keramah-tamahan bangsa Indonesia. Karena itu, tak boleh ada seorang teroris pun yang mengusiknya. Kalau bisa, tak seekor nyamuk pun yang mengganggu. Apalagi, sekadar igauan seorang pengamat terorisme yang menjabat Direktur Pusat Studi Intelijen dan Keamanan Nasional (SIKNAL). Chressbon tak membantah sanggahan Kapolri, walaupun ia mengaku mendapat informasi kunci dari aktivis kelompok radikal Islam. Mengapa Polri tidak memeriksa Chressbon secara intensif dan menelusuri sumber informasinya yang kritikal itu? Siapa tahu memang ada isyarat ancaman terhadap Obama; atau jika tak ada, sekurang-kurangnya bisa dipastikan tak ada celah kealpaan dalam pengamanan VVIP sedikitpun.
Hubungan antara aparat keamanan dan para pengamat dalam isu terorisme di Indonesia memang unik. Keduanya seperti berbagi peran untuk meyakinkan publik bahwa tindakan keras melawan teroris memang harus dilakukan. Pengakuan mengejutkan disampaikan Hermawan Sulistyo, peneliti LIPI yang mengkaji sejarah kekerasan di Indonesia. “Noordin itu hanya dipakai sebagai ikon oleh pemerintah bahwa dia itu gembong. Coba saja lihat saat nama Noordin muncul pada Bom Bali I, peran dia dalam aksi itu sangat kecil, dia bukan yang utama. Artinya dia dipakai sebagai image building,” jelas Hermawan (Detikcom, 18/9/2009).
Astaga, kalau benar begitu maka persepsi publik terhadap keahlian dan kekejaman Noordin harus direvisi kembali. Termasuk juga, klaim polisi bahwa Noordin merupakan seorang Qoid (pemimpin) dari Tanzhim (organisasi) Al-Qaidah di Asia Tenggara. Pada mulanya, Noordin memang hanya murid pengajian yang dipimpin Mukhlas di madrasah Lukmanul Hakim di Johor Baru. Setelah Bom Bali I, Mukhlas dkk tertangkap, tiba-tiba Noordin dan Azahari menjadi bintang perakit bom. Keahlian keduanya dalam merakit bom tak pernah dibuktikan, karena polisi lebih suka mengeksekusi mati ketimbang memeriksanya di pengadilan.
Hermawan yang pernah terlibat dalam penyelidikan Bom Bali I menjelaskan fakta lain yang mengejutkan, ternyata saat ini berdasarkan catatannya saja ada 400 orang yang diketahui memiliki keahlian merakit bom. Catatan polisi atau pengamat lain mungkin lebih banyak lagi, Pernyataan ini sudah pasti tidak sembarangan, karena Hermawan menjadi konsultan Polri saat menulis buku putih Bom Bali I. Bila informasi ini valid, maka ‘Azahari-azahari’ atau ‘Noordin-noordin’ baru akan segera bermunculan, entah karena mereka mampu meningkatkan kapasitasnya atau sengaja dipromosikan media massa.
Keyakinan macam itu dimiliki oleh pengamat asing, Ken Conboy, yang menengarai kondisi Indonesia belum terjamin aman pasca tewasnya Noordin. Conboy percaya, sebelum meninggal, gembong teroris itu pasti telah menyiapkan aksi ‘balas dendam’. “Dia memiliki banyak waktu untuk memikirkan aksi balas dendam. Tapi saya pikir, polisi akan menindaklanjuti dugaan ini. Mereka harus tetap waspada,” kata Conboy yang pernah menulis buku tentang Kopassus dan intelijen di Indonesia (The Strait Times, 18/9/2009). Menurut Conboy, meski pemimpinnya telah tewas, bukan berarti jaringan teroris terputus. Mereka memiliki kemampuan yang baik untuk membentuk kembali kelompok baru setelah kematian Noordin.
Sinyalemen aksi balas dendam ditepis Nasir Abbas, mantan petinggi JI yang kini telah beralih profesi menjadi penulis buku dan komentator. Aneh juga, Nasir tidak diekstradisi ke Malaysia untuk diadili, malah dibiarkan bebas berkeliaran di Indonesia membentuk citra diri baru sebagai pengamat terorisme yang populer. Nasir beropini, balas dendam tidak dikenal dalam kelompok JI. Penyerangan tetap ditujukan kepada aset milik Amerika Serikat, bukan sasaran pribadi. Padahal, pengamat lain pernah berteori: aksi bom Marriott-Ritz Carlton merupakan serangan balasan atas eksekusi pelaku Bom Bali I. Demikian juga dulu, saat terjadi bom di depan Kedubes Australia (2004), ada yang menyimpulkan sebagai balasan atas penahanan Abu Bakar Ba’asyir yang disebut pemimpin spiritual JI.
Pandangan manakah yang dipakai aparat untuk memastikan motif serangan teroris selama ini? Semuanya tergantung kesaksian para tersangka yang masih hidup, barang bukti yang tersedia dan kedekatan analisis pengamat dengan narasi besar yang sedang dibangun Polri. Karena itu, penemuan laptop, hard disk, dan dokumen di lokasi penyergapan Solo sangat penting untuk menyempurnakan jalan cerita gembong teroris di Asia Tenggara. Jasad Noordin belum bisa dibawa pulang ke Malaysia sebelum narasi hitam itu tuntas.
Bobot kisah Noordin harus dikemas lebih seru karena dia telanjur ditahbiskan sebagai pentolan JI setelah tertangkapnya Hambali. Penasehat senior International Crisis Group (ICG), Sidney Jones, yang paling getol menguak jejak Noordin dan sejarah JI. Menurut Jones, JI mengalami perpecahan internal pada 2003. Sejak itu, Noordin memimpin kelompok sempalan yang tidak tunduk kepada JI pusat dan merasa menjadi wakil Al-Qaidah di Indonesia dan Asia Tenggara. “Penting untuk dibedakan antara kelompok Noordin dan JI. Dia memang anggota JI, tapi selama lima tahun belakangan ini sudah menjadi ketua kelompok sempalan, dimana bergabung beberapa anggota JI, tapi mereka tidak tunduk kepada JI sebagai organisasi,” simpul Jones.
Tewasnya Azahari dan Noordin ternyata bukan akhir sebuah cerita dan tuntasnya pekerjaan rumah aparat keamanan. Situasi aman juga masih jauh dalam impian rakyat. Ada pihak yang menginginkan agar tragedi itu terus berlangsung, sehingga terorisme bak proyek keamanan yang berimplikasi pada pembesaran anggaran dan mobilisasi personal. Bahkan, saat ini telah muncul proposal untuk membentuk Badan Anti Terorisme Nasional yang akan menggantikan Desk Anti Terorisme di kantor Menko Polkam. Usulan untuk merevisi UU Anti Terorisme serta membahas RUU Intelijen semakin kencang, meskipun RUU Rahasia Negara sudah ditarik kembali oleh pemerintah.
Peran media sangat penting dalam menggiring opini publik. Setelah Noordin tewas ditembak Densus 88, kini tampil tokoh lain yang belum begitu terkenal, antara lain Para Wijayanto. Tokoh ini sudah masuk daftar pencarian orang di Polri. Sosok Wijayanto digambarkan media sebagai orang yang disegani Noordin. Dia merupakan senior Noordin saat pelatihan di Moro, Filipina. Wijayanto diduga kuat orang yang membujuk Noordin agar mau masuk ke Indonesia dalam pelarian dari Malaysia.
Pengamat lain menyebut Syaifuddin Zuhri sebagai pelanjut Noordin karena dia mampu merekrut calon ‘pengantin’ (pelaku bom bunuh diri) dalam waktu singkat darikalangan remaja yang lugu. Selain itu, masih ada tokoh sekelas Dulmatin dan Umar Patek yang bersembunyi di Filipina. Peran mereka mungkin akan segera tampil ke muka setelah Noordin tiada.
Mana di antara sejumlah figur misterius itu yang akan mewarisi bintang Noordin? Tergantung hasil perdebatan pengamat yang akan dilansir media massa. Pendapat pengamat berfungsi sebagai opsi yang dapat dipilih aparat untuk memantapkan langkah yang diambil, bisa juga sebagai justifikasi atas tindakan aparat yang sulit dijelaskan kepada publik.
Kita berharap masyarakat tidak terpengaruh pandangan pengamat yang memiliki kepentingan tertentu, sehingga terjebak pada stereotipe yang menyudutkan umat Islam. Akal sehat harus tetap dijaga di tengah perang opini yang sangat gencar. [www.hidayatullah.com]
Cetak halaman ini
Ibarat Menggenggam Bara Api
Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: “Akan tiba suatu masa pada manusia, dimana orang yang bersabar di antara mereka dalam memegang agamanya, ibarat orang yang menggenggam bara api.” (Hr. at-Tirmidzi)
Dengan redaksi yang berbeda, Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah SAW bersabda:“Celakalah orang-orang Arab, yaitu keburukan yang benar-benar telah dekat; fitnah ibarat sepenggal malam yang gelap gulita. Pagi hari seseorang masih beriman, sorenya telah berubah menjadi Kafir. Kaum yang menjual agama mereka dengan tewaran dunia yang tidak seberapa. Maka, orang yang berpegang teguh pada agamanya, ibarat orang yang menggenggam bara api.” (Ibn Hajar al-Haitsami,Majma’ az-Zawaid wa Manba’ al-Fawaid, juz VII, hal. 552)
Rasulullah SAW ketika ditanya oleh para sahabat, “Wahai Rasulullah, apakah (kita) termasuk mereka?” Beliau menjawab: “Justru, mereka seperti kalian.” ‘Umar bin al-Khatthab menjelaskan takwil surat Ali ‘Imran: 110 dengan menyatakan, “Siapa saja yang mengerjakan amal sebagaimana yang kalian kerjakan, maka dia pun sama kedudukannya seperti kalian..” (Lihat, al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, juz IV, hal. 170)
Imam al-Auza’i pernah ditanya, “Kapankah zaman tersebut?” Beliau menjawab,“Kalau bukan zaman kita sekarang ini, saya tidak tahu, kapankah zaman tersebut? ”(Lihat, Ibn ‘Asakir, Tarikh Dimasqa, juz XXXVII, hal. 97). Kalau pada zaman al-Auza’i sudah sedemikian parah, padahal hukum syara’ masih diterapkan oleh negara dan para penguasanya, lalu bagaimana dengan zaman kita?
Cetak halaman ini
Vatikan Tawarkan Prinsip Keuangan Islam
ROMA, ITALI, UNI EROPA - Vatikan menawarkan prinsip-prinsip keuangan Islam kepada bank-bank Barat sebagai sebuah solusi bagi krisis ekonomi di seluruh dunia.
Surat kabar Vatikan, L’Osservatore Romano, melaporkan bahwa sistem perbankan Islam dapat membantu mengatasi krisis global, media Turki melaporkan.
Vatikan mengatakan bank-bank harus melihat pada aturan-aturan etika keuangan Islam untuk mengembalikan kepercayaan diantara klien mereka pada saat krisis ekonomi global.
“Prinsip-prinsip etis dimana keuangan Islam didasarkan dapat membawa bank-bank lebih dekat dengan klien mereka dan kepada semangat sejati yang seharusnya menandai setiap layanan keuangan,” kata surat kabar resmi Vatikan Osservatore Romano dalam sebuah artikel pada edisi terbaru kemarin.
Pengarang Loretta Napoleoni dan seorang ahli strategi atas fixed income Abaxbank Spa, Claudia Sègre, mengatakan dalam artikelnya bahwa “bank-bank Barat bisa menggunakan alat-alat seperti obligasi Islam, yang dikenal sebagai sukuk, sebagai jaminan”. Sukuk dapat digunakan untuk mendanai “industri mobil atau Olimpiade mendatang di London,” kata mereka.
Mereka juga mengatakan bahwa keuntungan saham, yang diperoleh dari sukuk, mungkin menjadi sebuah alternatif untuk bunga. Mereka menekankan bahwa sistem sukuk bisa membantu sektor otomotif dan mendukung investasi di bidang infrastruktur.
Sistem sukuk yang Islami itu adalah mirip dengan bonos dari sistem kapitalis. Tapi dalam sukuk, uang diinvestasikan pada proyek-proyek yang nyata dan pembagian keuntungannya didistribusikan kepada klien, dan bukan bunga yang diperoleh.
Paus Benedict XVI pada pidato tanggal 7 Oktober 2008 bercermin pada kehancuran pasar keuangan dengan mengatakan bahwa “uang yang hilang, itu bukanlah apa-apa” dan menyimpulkan bahwa “satu-satunya realitas yang tetap adalah firman Tuhan.”
Vatikan telah menaruh perhatian pada krisis keuangan global dan menurunkan artikel-artikelnya dalam surat kabar resmi yang mengkritik model pasar bebas karena “tumbuh terlalu banyak dan buruk dalam dua dasawarsa terakhir.”
Editor Osservatore editor, Giovanni Maria Vian, mengatakan bahwa “agama-agama besar selalu punya perhatian yang sama bagi dimensi kemanusiaan atas ekonomi,” kata Corriere della Sera melaporkan hari ini.
Vatikan menawarkan prinsip-prinsip keuangan Islam kepada bank-bank Barat sebagai sebuah solusi bagi krisis ekonomi di seluruh dunia.
ROMA, ITALI, UNI EROPA - Vatikan menawarkan prinsip-prinsip keuangan Islam kepada bank-bank Barat sebagai sebuah solusi bagi krisis ekonomi di seluruh dunia.
Surat kabar Vatikan, L’Osservatore Romano, melaporkan bahwa sistem perbankan Islam dapat membantu mengatasi krisis global, media Turki melaporkan.
Vatikan mengatakan bank-bank harus melihat pada aturan-aturan etika keuangan Islam untuk mengembalikan kepercayaan diantara klien mereka pada saat krisis ekonomi global.
“Prinsip-prinsip etis dimana keuangan Islam didasarkan dapat membawa bank-bank lebih dekat dengan klien mereka dan kepada semangat sejati yang seharusnya menandai setiap layanan keuangan,” kata surat kabar resmi Vatikan Osservatore Romano dalam sebuah artikel pada edisi terbaru kemarin.
Pengarang Loretta Napoleoni dan seorang ahli strategi atas fixed income Abaxbank Spa, Claudia Sègre, mengatakan dalam artikelnya bahwa “bank-bank Barat bisa menggunakan alat-alat seperti obligasi Islam, yang dikenal sebagai sukuk, sebagai jaminan”. Sukuk dapat digunakan untuk mendanai “industri mobil atau Olimpiade mendatang di London,” kata mereka.
Mereka juga mengatakan bahwa keuntungan saham, yang diperoleh dari sukuk, mungkin menjadi sebuah alternatif untuk bunga. Mereka menekankan bahwa sistem sukuk bisa membantu sektor otomotif dan mendukung investasi di bidang infrastruktur.
Sistem sukuk yang Islami itu adalah mirip dengan bonos dari sistem kapitalis. Tapi dalam sukuk, uang diinvestasikan pada proyek-proyek yang nyata dan pembagian keuntungannya didistribusikan kepada klien, dan bukan bunga yang diperoleh.
Paus Benedict XVI pada pidato tanggal 7 Oktober 2008 bercermin pada kehancuran pasar keuangan dengan mengatakan bahwa “uang yang hilang, itu bukanlah apa-apa” dan menyimpulkan bahwa “satu-satunya realitas yang tetap adalah firman Tuhan.”
Vatikan telah menaruh perhatian pada krisis keuangan global dan menurunkan artikel-artikelnya dalam surat kabar resmi yang mengkritik model pasar bebas karena “tumbuh terlalu banyak dan buruk dalam dua dasawarsa terakhir.”
Editor Osservatore editor, Giovanni Maria Vian, mengatakan bahwa “agama-agama besar selalu punya perhatian yang sama bagi dimensi kemanusiaan atas ekonomi,” kata Corriere della Sera melaporkan hari ini.
Vatikan menawarkan prinsip-prinsip keuangan Islam kepada bank-bank Barat sebagai sebuah solusi bagi krisis ekonomi di seluruh dunia.
ROMA, ITALI, UNI EROPA - Vatikan menawarkan prinsip-prinsip keuangan Islam kepada bank-bank Barat sebagai sebuah solusi bagi krisis ekonomi di seluruh dunia.
Surat kabar Vatikan, L’Osservatore Romano, melaporkan bahwa sistem perbankan Islam dapat membantu mengatasi krisis global, media Turki melaporkan.
Vatikan mengatakan bank-bank harus melihat pada aturan-aturan etika keuangan Islam untuk mengembalikan kepercayaan diantara klien mereka pada saat krisis ekonomi global.
“Prinsip-prinsip etis dimana keuangan Islam didasarkan dapat membawa bank-bank lebih dekat dengan klien mereka dan kepada semangat sejati yang seharusnya menandai setiap layanan keuangan,” kata surat kabar resmi Vatikan Osservatore Romano dalam sebuah artikel pada edisi terbaru kemarin.
Pengarang Loretta Napoleoni dan seorang ahli strategi atas fixed income Abaxbank Spa, Claudia Sègre, mengatakan dalam artikelnya bahwa “bank-bank Barat bisa menggunakan alat-alat seperti obligasi Islam, yang dikenal sebagai sukuk, sebagai jaminan”. Sukuk dapat digunakan untuk mendanai “industri mobil atau Olimpiade mendatang di London,” kata mereka.
Mereka juga mengatakan bahwa keuntungan saham, yang diperoleh dari sukuk, mungkin menjadi sebuah alternatif untuk bunga. Mereka menekankan bahwa sistem sukuk bisa membantu sektor otomotif dan mendukung investasi di bidang infrastruktur.
Sistem sukuk yang Islami itu adalah mirip dengan bonos dari sistem kapitalis. Tapi dalam sukuk, uang diinvestasikan pada proyek-proyek yang nyata dan pembagian keuntungannya didistribusikan kepada klien, dan bukan bunga yang diperoleh.
Paus Benedict XVI pada pidato tanggal 7 Oktober 2008 bercermin pada kehancuran pasar keuangan dengan mengatakan bahwa “uang yang hilang, itu bukanlah apa-apa” dan menyimpulkan bahwa “satu-satunya realitas yang tetap adalah firman Tuhan.”
Vatikan telah menaruh perhatian pada krisis keuangan global dan menurunkan artikel-artikelnya dalam surat kabar resmi yang mengkritik model pasar bebas karena “tumbuh terlalu banyak dan buruk dalam dua dasawarsa terakhir.”
Editor Osservatore editor, Giovanni Maria Vian, mengatakan bahwa “agama-agama besar selalu punya perhatian yang sama bagi dimensi kemanusiaan atas ekonomi,” kata Corriere della Sera melaporkan hari ini.
Cetak halaman ini
Menyambut Idul Fitri, Memperkokoh Perjuangan Syariah
Sebentar lagi ramadhan akan meninggalkan kita. Tentu saja ada rasa sedih dan haru yang mendalam. Bulan yang penuh rahmah, ampunan, dan kebaikan ini akan berlalu. Padahal, banyak hal yang belum optimal kita lakukan. Tapi demikianlah waktu, terus bergulir dan berjalan , tidak ada yang mampu menghentikannya kecuali Allah SWT semata.
Idul Fitri pun didepan mata. Hari kemenangan yang dijanjikan Allah SWT , tentunya bagi yang benar-benar menjalankan shaum dengan keimananan,penuh dengan ketaatan didasarkan keinginan mencari ridho Allah SWT.
Ibadah shaum di bulan ramadhan sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada sang Kholiq yang Maha Perkasa (taqorrub ila Allah) . Semakin dekat seseorang kepada Kholiq-Nya tentu saja semakin bertambah cintanya kepada-Nya . Semakin bertambah cintanya semakin bertambah pula ketaatannya kepada Allah SWT. Sementara makna taat berarti ikhlas, rela,ridho dan mau diatur oleh hokum-hukum-Nya , tanpa keberatan sedikitpun, tanpa beban. Semuanya karena kecintaan kepada Allah SWT yang memerintahkan hambanya untuk menjalankan syariah-Nya.
Dalam tafsir al Qurthubi ketika menjelaskan firman Allah SWT QS Ali Imron : 31 disebutkan : Al Azhari berkata: ‘Arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya’. Hal yang sama dikatakan Al Zajaj : ‘Cintanya seorang manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya dan ridha terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw’.
Itulah yang seharusnya terjadi pada kita. Shaum bulan ramadhan meskipun berlalu harus memberikan pengaruh berupa semakin kokohnya ketaatan kita kepada Allah SWT. Bukankah Allah SWT telah menjelaskan dalam Al Qur’an (QS al Baqoroh:183) bahwa Dia memerintahkan kita shaum dibulan ini agar kita bertakwa (la’allakum tattaqun)?
Sementara makna takwa berarti menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Takwa juga tercermin dari sikap waspada, penuh perhitungan, penuh kekhawatiran dan rasa takut kalau apa-apa yang kita lakukan akan mengundang murka dan adzab Allah SWT kepada kita. Sahabat Rosulullah SAW Umar bin Khoththob ra memberikan gambaran yang sederhan tentang hakekat takwa, yakni bagaikan orang yang melangkah di jalan yang penuh duri. Tentulah sikapnya penuh dengan kehati-hatian , khawatir kalau terluka. Sejatinya, demikian pula sikap kita sebagai hamba Allah dalam menapaki kehidupan ini , hati-hati kalau menyimpang dari syari’ah-Nya.
Dan yang perlu kita berikan catatan penting,ketaatan kepada hukum Allah SWT haruslah totalitas dalam seluruh hukum-Nya. Bukan hanya dalam ibadah mahdhoh seperti sholat, shaum, atau zakat. Tapi tentu saja termasuk dalam aspek muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam ekonomi, politik, pendidikan, dan aspek sosial lainnya.
Allah SWT berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (Al-Baqarah: 208)
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menyatakan: “Allah swt telah memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan mempercayai RasulNya agar mengadopsi system keyakinan Islam (‘aqidah) dan syari’at Islam, mengerjakan seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya selagi mereka mampu.”Senada dengan itu Imam Thabariy menyatakan : “Ayat di atas merupakan perintah kepada orang-orang beriman untuk menolak selain hukum Islam; perintah untuk menjalankan syari’at Islam secara menyeluruh; dan larangan mengingkari satupun hukum yang merupakan bagian dari hukum Islam.
Sayangnya ketaqwaan secara totalitas inilah yang belum kita miliki saat ini. Buktinya kita belum menjalankan hokum-hukum Allah secara menyeluruh. Sistem politik kita masih berdasarkan demokrasi yang menyerahkan kedaulatan kepada tangan manusia (as-siyadah lil sya’bi). Perkara yang jelas-jelas bertentangan dengan aqidah Islam. Sebab satu-satunya yang berhak membuat hukum , dalam pengertian sumberhukum adalah Allah SWT. Sistem demokrasi inilah yang telah menjauhkan kita dari syariah Islam.
Ekonomi kita diatur berdasarkan aturan Kapitalisme yang justru menambah penderitaan rakyat, kemiskinan, dan menjadi jalan bagi penjajah untuk mengeksploitasi kekayaan alam kita. Aspek-aspek lainnya juga sama. Dengan tegas kita katakan pangkal penderitaan umat Islam bahkan manusia saat ini adalah sistem kapitalis ini. Tidak ada lain solusinya kecuali syariah Islam.
Bisa kita simpulkan , bukti keberhasilan shaum kita adalah tegaknya syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Mau tidak mau, penegakan ini membutuhkan institusi politik yang disebut Negara Khilafah. Ketika ini belum terwujud, siapapun kita, dari mana pun kelompok atau organisasi kita wajib bersama-sama memperjuangkannya. Bekerja keras bersama-sama memperjuangkan syariah dan Khilafah. Memang perjuangan ini berat dan mungkin butuh waktu. Namun kalau kita lakukan bersama-sama perjuangan ini akan lebih ringan dan kemenangan akan lebih cepat kita raih . Tentunya dengan idzin Allah SWT. Allahu Akbar
Cetak halaman ini
Jerman Kecam Inggris Menjelang Pertemuan G20
Minggu ini, Menteri Keuangan Jerman Peer Steinbrueck melancarkan kecamannya terhadap London, dengan mengatakan lobi keuangan sedang ‘melakukan yang terbaik “untuk memblokir diperkenalkannya peraturan pasar uang yang lebih ketat. “Jelas ada lobby di London yang ingin mempertahankan keunggulan kompetitif dengan sekuat tenaga,” kata Steinbrueck kepada Majalah Stern Jerman.
Dia mengenyampingkan pendekatan yang dilakukan oleh Inggris untuk melakukan pemodalan besar (hedge fund), dengan mengklaim Inggris sedang berjuang diberlakukannya peraturan yang lebih ketat karena khawatir terjadinya eksodus. Dia mengatakan sektor keuangan menyumbang 15% dari produk domestik bruto (PDB) Inggris yang kontras dengan Jerman yang hanya bisa melakukan 6 %.
Tahun lalu Steinbrueck juga mengecam penyelamatan bank dan bisnis Gordon Brown. Kecamannya datang ketika Komisi Eropa mengumumkan proposal rinci untuk menciptakan otoritas pan-Eropa dengan kewenangan untuk mengawasi dan ikut campur dalam pasar keuangan nasional. Ada kekhawatiran di Inggris bahwa rencana ini bisa memberikan Komisi itu terlalu banyak pengaruh terhadap intervensi Keuangan dalam sistem perbankan.
Cetak halaman ini
Serangan Udara Yaman Tewaskan 80 Warga Sipil
Sebuah serangan udara pemerintah Yaman telah membunuh puluhan pengungsi warga sipil, kebanyakan perempuan dan anak-anak, dalam pertempuran di provinsi Amran, kata seorang saksi mata.
Up to 120 people, including 80 dead were transferred to the local hospital, an ambulance driver who had counted the dead and the injured said on condition of anonymity, fearing government payback.
Seekitar 120 orang, termasuk 80 orang yang tewas dipindahkan ke rumah sakit setempat, seorang sopir ambulans yang telah menghitung korban tewas dan yang terluka mengatakan bahwa kondisi saat ini tidak jelas, takut adanya serangan lagi dari pemerintah.
Tiga saksi lain melaporkan jumlah korban serupa di daerah yang dekat dengan kota yang di bawah kekuasaan Houthi, Harf Sufyan .
Pekerja medis lokal dan warga suku setempat mengatakan serangan udara datang sekitar tengah hari. Mereka melaporkan melihat bagian tubuh berterbangan di udara dan genangan darah di mana ratusan pengungsi berlindung.
Mohammad, seorang pekerja medis lokal bekerja sama dengan para pengungsi, mengatakan bahwa ketika rudal menghantam daerah itu, orang-orang berlarian untuk berlindung di bawah jembatan di dekatnya, yang kemudian menjadi sasaran oleh pesawat tempur pemerintah.
“Tempat itu berubah menjadi genangan darah. Aku melihat bagian tubuh dan badan hangus,” kata Ali, pekerja medis lain.
Saksi ketiga, Yehia, juga mengatakan bahwa ambulans mencapai daerah dibombardir beberapa jam setelah pengeboman.
Pejabat militer membantah korban yang dilaporkan adalah warga sipil, mereka mengklaim bahwa tidak ada pengungsi yang berkumpul di al-Adi. Namun, seorang pegawai negeri sipil di pemerintah lokal, membenarkan adanya serangan.
Sebuah pernyataan dari pejuang Houthi - yang juga dikenal sebagai Zaidis - mengkonfirmasi bahwa serangan udara pemerintah telah menargetkan kelompok pengungsi, mengakibatkan puluhan tewas.
Sebuah pernyataan dari pejuang Houthi - yang juga dikenal sebagai Zaidis - mengkonfirmasi bahwa serangan udara pemerintah telah menargetkan kelompok pengungsi, mengakibatkan puluhan tewas.
Serangan itu merupakan serangan udara pemerintah yang kedua terhadap warga sipil dalam tiga hari di daerah sarat konflik utara Yaman. Sebuah babak baru pertempuran pecah di provinsi Sa’dah dan Amran bulan lalu.
Serangan udara hari Senin diikuti pernyataan oleh pejuang bahwa pesawat tempur Yaman telah menjatuhkan dua bom di sebuah pasar yang ramai di kota Sa’dah, menewaskan puluhan warga sipil.
Pejuang Houthi mengatakan pemerintah menolak Syiah Zaidi, yang membuat hampir setengah dari penduduk Yaman, hak-hak mereka dan meminggirkan mereka sebagai Sana’a dan bersekutu dengan ekstremis Sunni dari Saudi, yang menganggap Syi’ah bid’ah.
Menurut Palang Merah, babak baru perang di Yaman utara yang meletus pada 1 Agustus telah mengakibatkan sekitar 30.000 warga sipil terlantar, dan jumlah total lebih dari 150.000 sejak 2004.
Sebagian besar warga sipil pengungsi berlindung di kota-kota besar, namun ada juga yang terdampar di daerah terpencil.
Pada hari Rabu (16/9), Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan bahwa permohonan untuk sumbangan untuk membantu 150.000 pengungsi Yaman tidak menerima tanggapan sejauh ini.
Direktur Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan ia khawatir akan kurangnya reaksi terhadap seruan oleh badan internasional untuk mendesak upaya-upaya untuk mengumpulkan $ 23 juta dalam bantuan yang diperlukan untuk membantu pengungsi Yaman.
“Masyarakat internasional memiliki sedikit pemahaman tentang krisis ini … Situasi ini sangat buruk bagi orang yang terkena konflik,” Direktur OCHA Khalikov Rashid mengatakan kepada CNN di New York setelah empat hari kunjungan ke Yaman.
“Mengunjungi kamp-kamp, kita bisa melihat bahwa orang-orang telah melarikan diri tanpa membawa apa-apa,” ia menambahkan, hal ini menunjukkan bahwa tanpa bantuan, masalah akan semakin memburuk.(mediaumat.com, 17/9/2009)
Cetak halaman ini
Majelis Mujahidin Minta Pemerintah Jangan Politisasi Mayat
Jakarta - Pemerintah dinilai melakukan politisasi mayat teroris yang tewas dalam penyergapan di Solo 17 September lalu. Pemerintah menghalangi dan mempersulit tiga jenazah teroris disalatkan dan dimakamkan oleh keluarga.
“Tindakan tersebut merupakan kezaliman dan melanggar HAM,” ujar Shabbirin Syakur, juru bicara Majelis Mujahidin (MM) dalam jumpa pers pengurus Majelis Mujahidin se-wilayah Surakarta di Masjid Baitussalam, Solo, Jawa Tengah, (Selasa 29/9/2009).
Jumpa pers tersebut dihadiri para pimpinan MM di Surakarta, termasuk Ketua LPD MM Kota Surakarta yang juga mantan direktur Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Farid Ma’ruf.
Menurut Shabbirin, identifikasi jenazah Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Susilo alias Adib dan Ario Sudarso alias Aji, sudah final dan cocok. Jika penundaan penyerahan jenazah dilakukan dengan alasan pengembangan kasus maka hal itu dinilai tidak logis karena ketiganya sudah menjadi mayat.
Tentang polemik penolakan warga terhadap rencana pemakaman ketiga jenazah, MM menilai tindakan tersebut bisa memicu konflik horisontal.
Selain akan menimbulkan dampak dendam, tidak tertutup kemungkinan suatu saat akan terjadi penolakan serupa terhadap jenazah perampok, penjudi, pemabuk, koruptor, pelacur dan para pelaku kriminal lainnya.
“Umat beragama di Indonesia tidak selayaknya menolak jenazah siapa pun dikebumikan. Adanya oknum yang menolak pemakaman jenazah tertuduh teroris sama dengan perilaku komunis yang tidak beragama,” tegas Shabbirin.
Urwah, Adib dan Susilo tewas dalam penggerebekan Densus 88 di Solo 17 September lalu. Dalam penggerebekan itu tewas pula gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top. (detiknews, 29/9/2009)
Cetak halaman ini
Khutbah Idul Fithri 1430 H
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر 3× الله أكبر 3×
اللهُ أَكْبَرْ كَبِيْراً وَالْحَمْدَ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلَهَ إلاَّ الله هُوَ الله أَكْبَر، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ هَذَ الْيَوْمِ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانَ خَيْرَ نِعَمٍ، نَحْمَدُهُ عَلَى كَمَالِ اِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهِ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وهو يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَرَبٌّ حَيٌّ لا يموت وَهُوَ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرَ اْلأَناَمِ.
أُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقًّ جِهاَدِهِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ، وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ..
Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd
Segala puji hanya milik Allah SWT, Pencipta, Pemilik dan Pengatur seluruh alam semesta. Dialah Pemberi nikmat kepada seluruh hamba-Nya, termasuk kita semua. Maka sudah sepantasnya kita memuji keagungan-Nya dan bersyukur atas seluruh nikmat-Nya yang diberikan kepada kita.
Kita bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah, selain Allah SWT. Kita juga bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah, panutan dan teladan bagi seluruh umat manusia. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada beliau SAW, keluarga, kerabat dan para sahabat beliau, serta seluruh kaum Muslim yang secara istiqamah menjalankan dan mendakwahkan ajarannya. Amiin.
Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,
Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh
Pagi ini kita berkumpul bersama untuk memenuhi panggilan Allah SWT dan Rasul-Nya. Di hari bahagia ini, kaum Muslim di seluruh dunia menggemakan kalimat takbîr, tahlîl dan tahmîd. Semua kalimat thayyibah itu diucapkan sebagai bagian dari ketundukan kepada Allah SWT dan ungkapan rasa syukur kepada-Nya. Dialah yang telah memberikan hidayah, kekuatan, dan kesabaran kepada kita hingga kita mampu menyelesaikan shaum Ramadhan kita dengan sebaik-baiknya. Itulah yang membuat kita menjadi bahagia.
Kebaha giaan yang kita rasakan saat ini merupakan salah satu dari kebahagiaan yang telah dijanjikan Rasulullah SAW bagi orang-orang yang berpuasa:
«لِلصَّائِمِ فَرْحَتاَنِ يَفْرَحُهُماَ إِذاَ أَفْطَرَ فَرَحَ، وَإِذاَ لَقِي رَبَّهُ فَرَحَ بِصَوْمِهِ»
Bagi seorang yang berpuasa diberikan dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan saat berbuka (termasuk saat idul fitri) dan kebahagiaan saat bertemu dengan Rabb-nya dengan puasanya (HR al-Bukhari, Muslim, dan al-Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Kita juga berbahagia karena kita memiliki harapan dengan amal yang kita kerjakan. Dengan selesainya ibadah puasa, kita berharap agar dosa-dosa kita diampuni, diberikan pahala yang besar, dibebaskan dari api neraka, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan, sebagaimana dijanjikan Allah SWT dan rasul-Nya.
Kita juga berbahagia menyaksikan kaum Muslim mengagungkan asma’ Allah, berbondong-bondong menuju tempat shalat, menunaikan shalat berjamaah, berbaris rapi dan bersimpuh bersama mendengarkan khutbah. Realitas ini seolah menunjukkan kepada kita bahwa inilah jati diri umat Islam yang sebenarnya.
Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh,
Kendati jiwa kita diliputi suasana bahagia, namun kita tidak boleh melupakan nasib saudara-saudara kita di berbagai negara yang sangat menyedihkan. Di Irak dan Afghanistan, nasib saudara-saudara kita juga masih belum banyak berubah. Mereka hidup di bawah cengkeraman penjajahan negara imperialis dan agresor, Amerika Serikat. Sementara para penguasa di kedua negeri tersebut tak lebih dari antek yang mengabdi untuk negara penjajah.
Di Palestina nasib kaum Muslim tak kalah mengenaskan. Negeri mereka, yang sesungguhnya menjadi milik seluruh kaum Muslim, dirampas kaum Yahudi Israel. Sebagian mereka terusir dari negerinya, hidup menderita dan terlunta-lunta, bahkan yang lebih menyedihkan adalah nasib mereka yang tinggal di kamp-kamp pengungsian. Tidak ada satu pun negeri di sekitar mereka yang mau mengakui mereka sebagai warganya. Mereka tidak bisa ke mana-mana, karena tidak memiliki identitas kewarganegaraan. Sedangkan yang masih tersisa, keadaan mereka selalu terancam oleh kebiadaban bangsa terlaknat itu. Mereka harus menghadapi negara zionis sendirian dengan senjata seadanya. Sementara para penguasa di negeri-negeri Muslim lainnya hanya berdiam diri. Bahkan di antara mereka ada yang bersekutu dengan musuh Allah itu dalam membantai saudara-saudara mereka.
Keadaan memilukan dialami saudara-saudara kita di China. Di negara Komunis itu, umat Islam dari suku Uighur, di Xinjiang —yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai Turkistan Timur— menjadi korban kebrutalan suku Han, yang didukung penuh oleh rezim Komunis, China. Sementara di Turki, para pejuang syariah dan khilafah harus menghadapi sikap represif penguasa sekular. Hingga kini, ratusan aktivis Hizbut Tahrir Turki ditahan dan dipenjara tanpa alasan.
Juga tidak boleh dilupakan isu terorisme yang kembali mencuat di negeri ini. Pihak-pihak yang membenci Islam berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengaitkan aksi terorisme dengan perjuangan menegakkan syariah. Padahal jelas, antara terorisme dan dakwah tidak ada kaitannya. Bahkan ada yang ingin membungkam dakwah dengan memprovokasi penguasa agar menerapkan kembali undang-undang represif seperti pada rezim otoriter sebelumnya.
Nasib yang dialami saudara-saudara kita di Pattani Thailand, Moro Philipina Selatan, Kashmir, Rohingya di Miyanmar, Pakistan, Banglades, dan lain-lain kian memperpanjang daftar penderitaan umat Islam. Karena itu, wajar jika kita katakan, bahwa kita merayakan Hari Kemenangan ini dalam Kekalahan. Karenanya, mari kita berdoa semoga kekalahan demi kekalahan yang dialami umat Islam ini segera berakhir, dan digantikan dengan kemenangan demi kemenangan sebagaimana sejarah emas umat Islam di masa lalu. Amin, ya Mujib al-sâilin.
Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,
Meskipun realitas kaum Muslim kini sedang terpuruk, namun kita tidak boleh merasa pesimis dan putus asa. Sebaliknya, kita harus yakin bahwa kaum Muslim akan kembali tampil menjadi pemimpin dunia. Keyakinan ini bukan mimpi, apalagi hanya ilusi. Namun ini didasarkan pada janji Allah SWT dan rasul-Nya yang pasti ditepati. Janji Allah SWT ini sebagaimana Dia nyatakan dalam firman-Nya:
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS al-Nur [24]: 55).
Dalam ayat ini, ada tiga perkara yang dijanjikan kepada kaum Muslim. Pertama, mereka akan kembali diberikan kekhilafahan sebagaimana pendahulu mereka. Ini artinya, mereka akan kembali berkuasa dan mempin dunia dengan Khilafah. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm menjelaskan bahwa kata layastakhlifannahum fî al-ardh berarti menjadikan mereka sebagai khalifah-khalifah di muka bumi. Yakni, menjadi para pemimpin dan wali bagi umat manusia. Imam al-Syaukani menegaskan, bahwa janji ini berlaku umum untuk seluruh umat ini.
Kedua, posisi Islam akan diteguhkan bagi kaum Muslim. Ketika Khilafah belum tegak, banyak hukum Islam yang ditelantarkan, ditolak bahkan dilecehkan. Dengan tegaknya Khilafah, semua hukum Islam bisa diterapkan. Khilafah juga menjadi penjaga agama dari setiap bentuk pelanggaran, pengingkaran dan penistaan. Maka Islam menjadi agama yang teguh dan kokoh di tengah-tengah kehidupan. Lebi dari itu, Khilafah akan mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia, sehingga mengalahkan semua agama dan ideologi.
Di masa kekhilafahan Abu Bakar, ketika ada sekompok orang yang menolak membayar zakat, beliau segera bertindak tegas. Khalifah pertama itu berkata, “Demi Allah, aku pasti akan memerangi orang-orang yang memisahkan shalat dengan zakat karena zakat itu hak harta. Demi Allah, andai mereka menolak membayar zakat unta dan kambing yang dulu mereka bayarkan kepada Rasulullah saw, aku pasti memerangi mereka karena penolakan tersebut” (HR al-Bukhari dan Ahmad).
Ketiga, perubahan nasib umat Islam, yang sebelumnya diliputi dengan ketakutan berubah menjadi aman sentosa. Ketika kaum Muslim hidup tanpa Khilafah, tidak ada institusi yang melindungi dan menjaga mereka. Akibatnya, musuh-musuh Islam dengan mudah merampas harta mereka, menghinakan kehormatan mereka dan menumpahkan darah mereka. Tegaknya Khilafah akan mengubah keadaan yang menyedihkan ini. Sebab, Khilafahlah institusi pelindung bagi kaum Muslim. Rasulullah SAW bersabda:
«إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»
Sesungguhnya imam (kepala negara/khalifah) adalah perisai, tempat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya (HR Muslim dari Abu Huraira).
Di masa Khalifah al-Mu’tashim Billah, ketika seorang Muslimah jilbabnya ditarik oleh salah seorang Romawi, wanita itu meminta tolongan kepada sang Khalifah, maka beliau pun serta merta bangkit dan memimpin sendiri pasukannya untuk melakukan perhitungan terhadap pelecehan yang dilakukan oleh orang Romawi itu. Sesampainya di Amuria, beliau meminta agar orang Romawi pelaku kezaliman itu diserahkan untuk di-qishash. Saat penguasa Romawi menolaknya, beliau pun menyerang kota, menghancurkan benteng pertahanannya dan menerobos pintu-pintunya hingga kota itu pun jatuh ke tangannya.
Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh,
Kita berharap, janji Allah SWT ini segera tiba. Terlebih saat ini kita sedang berada dalam masa mulk[an] jabriyyah (penguasa diktator), yaitu fase akhir dari bisyarah Nabawiyyah. Semenjak Khilafah Utmani dibubarkan Musthafa Kemal Pasha tahun 1924, umat Islam terpecah-belah dalam banyak negara kecil. Penguasa di seluruh negara itu memerintah bukan dengan hukum Allah. Mereka pun menjadi penguasa diktator dan otoriter, karena mempertahankan kepentingan diri, kroni dan majikan-majikan penjajah mereka.
Dalam hadits Hudzaifah disebutkan, setelah hidup di bawah penguasa mulk[an] jabriyyah, umat Islam akan kembali hidup dalam naungan Khilafah ‘alâ minhâj al-nubuwwah. Rasulullah saw bersabda:
«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ»
Di tengah-tengah kalian sedang berlangsung zaman kenabian. Selama Allah berkehendak, ia akan tetap ada. Kemudian Dia mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian ada zaman Khilafah yang mengikuti metode kenabian. Maka, dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada. Kemudian Dia pun mengakhirinya, jika Allah berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada para penguasa yang menggigit. Dengan kehendak Allah, ia pun tetap ada, kemudian Dia pun mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada para penguasa diktator. Dengan kehendak Allah, ia pun tetap ada, kemudian Dia pun mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti tuntunan kenabian. Setelah itu, beliau diam (HR Ahmad dalam Musnad-nya, dimana semua perawinya adalah tsiqqat).
Bertolak dari Hadits ini, tegaknya Khilafah alâ minhâj al-nubuwwah yang kedua, insya Allah tidak akan lama lagi.
Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,
Kami perlu tegaskan, bahwa kembalinya Khilafah merupakan nasrul-Lâh (pertolongan Allah) kepada kaum Muslim. Sedangkan al-nashr (pertolongan) itu mutlak milik Allah SWT. Karena itu, tidak ada seorang pun yang mampu mendatangkan atau menolaknya; memajukan atau menundanya. Bahkan Rasul sekalipun, tidak bisa menentukan sendiri kapan dan di mana pertolongan itu akan datang. Di antara buktinya adalah ketika kaum Muslim ditimpa cobaan amat dahsyat, lalu mereka bertanya kepada Rasulullah SAW kapankah pertolongan akan datang, beliau hanya menjawab:
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan itu amat dekat (QS al-Baqarah [2]: 214).
Kalau begitu, apakah kita harus diam dan hanya menunggu datangnya pertolongan tersebut? Jawabnya: Tidak! Sebab, Allah SWT Yang Maha Adil telah menetapkan syarat bagi hamba-Nya yang ingin mendapat pertolongan-Nya. Syaratnya, hamba itu harus bersedia menolong agama-Nya. Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS Muhammad [47]: 7).
Ungkapan ‘menolong Allah’ ini bukanlah bermakna hakiki. Sebab, Allah Swt tidak membutuhkan pertolongan hamba-Nya. Sebaliknya, Dialah yang berkuasa memberikan pertolongan. Bahkan tidak ada pertolongan kecuali berasal dari-Nya sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Ali ‘Imran [3]: 126).
Karena itu, pengertian ‘menolong Allah’, bukanlah bermakna hakiki. Sebagaimana dijelaskan Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsîr al-Bahr al-Muhîth, bahwa ungkapan tersebut bermakna menolong agama-Nya. Menurut mufassir lainnya, seperti Ibnu al-Jauzi, al-Zamakhsyari, al-Baidhawi, dan Syihabuddin al-Alusi rahimahumul-Lâh selain menolong agama-Nya, juga menolong rasul-Nya.
Secara lebih gamblang, Abdurrahman al-Sa’di menjelaskan bahwa amaliyyah praktis ‘menolong Allah’ adalah dengan melaksanakan agama-Nya, berdakwah kepada-Nya, dan berjihad melawan musuh-musuh-Nya, yang dilakukan dengan niat ikhlas karena-Nya. Ustadz Abdul Lathif ‘Uwaidhah dalam Haml al-Da’wah Wâjibât wa Shifât menuturkan bahwa ungkapan ‘menolong Allah’ itu meliputi: mengimani syariah yang dibawa Rasul, berpegang teguh dengan hukum-hukum yang dibawa, mentaati perintah, dan menjauhi larangan-Nya.
Dari semua penjelasan itu dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan ‘menolong Allah’ itu adalah bertakwa kepada-Nya, yakni menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Lalu disempurnakan lagi dengan meninggalkan sebagian perkara mubah. Rasulullah saw bersabda:
«لاَ يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنْ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ»
Seorang hamba tidak sampai menjadi muttaqin hingga meninggalkan apa yang sebenarnya boleh karena khawatir terjatuh pada apa yang tidak boleh (HR al-Tirmidzi).
Takwa inilah yang menjadi syarat diturunkannya pertolongan Allah kepada hamba-Nya. Maka siapa pun yang bertakwa, dia sesungguhnya berhak mendapatkan pertolongan-Nya.
Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh,
Para sahabat Nabi radhiyal-Lâh ‘anhum adalah orang-orang yang telah mendapatkan pertolongan Allah SWT lantaran ketakwaan mereka. Bahwa takwa merupakan syarat diturunkannya pertolongan Allah telah menjadi pemahaman mereka. Umar bin al-Khaththab ra pernah berkata:
«فَإِنْ لَمْ نُغَِلَّبْهُمْ بِطَاعَتِنَا غَلَّبُوْنَا بِقُوَّتِهِمْ»
Jika kita tidak mengalahkan musuh kita dengan ketaatan kita (kepada Allah), nisacaya musuh akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka.
Salah satu panglima dalam Perang Mu’tah, Abdullah bin Rawahah juga pernah mengatakan:
«مَا نُقَاتِلُ النَّاسَ بِعَدَدٍ وَلاً قُوّةٍ وَلاَ كَثْرَةٍ مَا نُقَاتِلُهُمْ إِلاَّ بِهَذَا الدِّيْن الَّذِي أَكْرَمَنَا اللَّه به»
Kita memerangi manusia bukan dengan jumlah, kekuatan, dan pasukan yang banyak. Namun kita memerangi mereka dengan agama ini, yang dengan agama inilah Allah memuliakan kita (HR Ibnu Ishaq).
Karena itu, syarat takwa ini harus benar-benar kita perhatikan. Pelanggaran sedikit saja terhadap perkara tersebut, bisa menjauhkan pertolongan Allah SWT. Kasus Perang Hunain bisa menjadi pelajaran berharga. Pada perang ini, pasukan Islam berjumlah 12.000 orang. Sebagian di antara mereka mengira akan mengalahkan musuh mereka dengan mudah. Jumlah pasukan yang besar dianggap merupakan sebab kemenangan. Namun apa yang terjadi? Pada perang tersebut, pasukan Islam justru sempat lari tunggang-langgang digempur musuh dan hampir menderita kekalahan. Ketika mereka menyadari, bahwa mereka berangkat untuk berjihad, ikhlas karena Allah SWT, mereka pun segera merapatkan kembali barisannya. Sesudah itu, Allah SWT menurunkan pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (QS al-Taubah [9]: 25-26).
Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,
Jelaslah, agar pertolongan Allah segera datang, dan Khilafah tegak kembali, kita harus meningkatkan ketakwaan kita. Kita harus bertakwa dengan sebenar-benarnya (haqqa tuqâtihi). Sebab, ketakwaan inilah yang diperintahkan dalam QS Ali ‘Imran [3]: 102. Takwa yang sebenar-benarnya ini hanya ada, ketika kita telah mengerahkan seluruh kemampuan yang kita miliki untuk merealisasikannya. Allah SWT berfirman:
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu (QS al-Taghabun [64]: 16).
Kata mâ [i]statha’tum berarti sampai batas kemampuan yang kalian miliki. Ini artinya, dalam bertakwa kita harus mengerahkan seluruh kemampuan yang kita miliki. Bukan dengan setengah, sepertiga atau seperempat kemampuan kita.
Kita juga harus bertakwa dalam semua perkara yang disyariahkan. Tidak hanya menyangkut perkara ubudiyyah, makanan, dan akhlak saja. Namun juga bertakwa dalam perkara politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, pergaulan, sanksi-sanksi hukum, dan seluruh bidang kehidupan lainnya. Allah SWT berfirman:
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya (QS al-Hasyr [59] 7).
Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh,
Selain ketakwaan berupa ketaatan kepada hukum syara’, masih ada satu lagi yang harus diperhatikan untuk mendapatkan pertolongan Allah. Kita juga harus melakukan berbagai persiapan dan cara yang benar sesuai dengan keperluannya.
Aspek kedua ini juga harus kita perhatikan. Peristiwa dalam Perang Uhud bisa menjadi pelajaran berharga dalam perkara ini. Karena sebagian di antara mereka —yakni pasukan pemanah yang bertugas di atas bukit– tidak disiplin terhadap uslub (ketentuan teknis) yang telah ditetapkan Rasulullah SAW, kemenangan yang sudah hampir di tangan terpaksa harus sirna.
Untuk memperoleh kemenangan dalam peperangan misalnya, kaum Muslim harus terikat dengan syariah. Selain itu, kita juga harus melakukan persiapan, menyiapkan persenjataan, dan merancang strategi militer yang dapat mengalahkan dan menggentarkan musuh sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam QS al-Anfal [8]: 60. Dengan terpenuhinya dua syarat itu, insya Allah akan meraih kemenangan.
Demikian juga dalam perjuangan menegakkan syariah dan Khilafah. ِSyariat Islam (QS Ali ‘Imran [3]: 104) mengharuskan adanya kelompok atau organisasi dakwah. Gerakan/organisasi dakwah ini harus tunduk pada kewajiban syar’i. Asasnya akidah Islam, tujuannya melangsungkan kembali kehidupan Islam dengan tegaknya Khilafah, serta mengadopsi pemikiran dan hukum Islam. Dalam mencapai tujuan, gerakan tersebut juga harus mengikuti tharîqah (metode) dakwah Rasulullah SWT. Baik fikrah dan thariqah-nya tidak boleh menyimpang sedikit pun dari Islam. Anggota-anggotanya harus Muslim, taat kepada syariah, dan ikhlas berjuang karena Allah. Kemudian semuanya diikat dengan fikrah dan thariqah yang sama. Selain itu, mereka juga harus mempunyai politik yang sempurna.
Selain memenuhi kewajiban syar’i, gerakan/organisasi dakwah beserta pengembannya itu harus menggunakan berbagai uslûb (cara) dan wasîlah (sarana) yang mendukung tercapainya tujuan perjuangannya: tegaknya Khilafah. Dengan terpenuhinya dua syarat ini, insya Allah tegaknya khilafah hanya soal waktu.
Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,
Inilah syarat-syarat yang harus kita realisasikan untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT: mengokokan keterikatan pada syariah dan menyiapkan berbagai cara dan sarana yang paling tepat. Dua aspek inilah yang harus terus-menerus kita jaga dan kita tingkatkan. Jika semua syarat ini sudah dipenuhi, insya Allah pertolongan-Nya segera tiba. Karena itu, jangan sekali-kali berputus asa, apalagi berbelok arah dan mengambil langkah pragmatis. Na’ûdzu bil-Lâh.
Akhirnya, hanya kepada-Nyalah kita mengharapkan pertolongan. Sebab Allah SWT berfirman:
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal (Qs Ali ‘Imran [3]: 160).
Semoga Allah SWT memberikan kepada kita kekuatan iman dan semangat untuk menjalankan hukum-hukum Allah SWT. serta memasukkan kita ke dalam golongan pejuang-pejuang Islam, yang berupaya mewujudkan Khilafah, yang mengikuti manhaj Nabi SAW. Marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima di sisi Allah SWT, dan kita berhasil meraih derajat takwa.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ إِلى يَوْمِ الدِّيْنِ..
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا، اللّهُمَّ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ،
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ،
اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ بِاْلأِيْماَنِ كاَمِلِيْنَ وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ وَلِلدَّعْوَةِ حَامِلِيْنَ وَبِاْلإِسْلاَمِ مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ وَلِلنِّعَمِ شاَكِرِيْنَ وَعَلَى اْلبَلاَءِ صاَبِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ بِلاَدَنَا هَذَا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ سَخَاءً رَخاَءً، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ بِناَ سُوْأً فَأَشْغِلْهُ فِي نَفْسِهِ وَمَنْ كَادَنَا فَكِدْهُ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُ في تَدْبِيْرِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِيْ ضَمَانِكَ وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ تَناَمُ وَاحْفَظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللَّهُمَّ اَعِزِّ الإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَنَا وَأَعْدَاءَ الدِّيْنِ،
اَللَّهُمَّ دَمِّرْ جُيُوْشَ الْكُفَّارِ الْمُسْتَعْمِرِيْنَ أَمْرِيْكَا وَحُلَفَاءَهَا الْمُلْعُوْنِيْنَ، اَللَّهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ بِقُوَّتِكَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ الْحِساَبِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ والَصَلِّيْبِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَالرَّأْسُمَالِيِّيْنَ وَإِخْوَانَهُمْ وَ اْلإِشْتِرَاكَيِّيْنَ وَالشُيُوْعِيِّيْنَ وَأَشْيَاعَهُمْ،
وَنَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ تَحْرِيْرَ بِلاَدِ المُسْلِمِيْنَ، مِنْ فَلَسْطِيْنِ، وَاْلأَقْصَى، وَالْعِرَاقِ، وَالشَّيْشَانَ، وَأَفْغَانِسْتَانَ، وَسَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ نُفُوْذِ الْكُفَّارِ الْغَاصِبِيْنَ وَالْمُسْتَعْمِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلَّذِيْنَ يُقْرَأُوْنَ الْقُرْآنَ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَ يُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيَصُوْمُوْنَ صَوْمَ رَمَضَانَ، وَيَحُجُّوْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ وَيُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِكَ بِأَمْوَالِنَا وَأَنْفُسِنَا وََيحْمِلُوْنَ الدَّعْوَةَ الإِسْلاَمِيَّةَ لاِسْتِئْنَافِ الْحَيَاةِ الإِسْلاَمِيَّة.
اَللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الخِلاَفَة الرَاشِدَة عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، اَلَّتِي تُطَّبِّقُ شَرِيْعَتَكَ الْعُظْمَى وَتَحْمِي دِيْنَكَ وَمُعْتَنِقِيْهِ، وَتَحْمِلُهَا رِسَالَةَ إِلَى الْعَالَم بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهُ اَكْبَرْ 3× وَللهِ الْحَمْدُ.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Cetak halaman ini