Kisah sebuah akhir kehidupan & ke-istiqomahan seorang pengemban dakwah
3 tahun lamanya, sejak kepergian adikku bernama Meli. Aku sedikit tertegun ketika berada dihadapan sajadahku pada hari ini. Aku teringat akan sebuah kisah dari saudariku yang kini tengah berada di alam setelah dunia, yakni alam kubur.
Aku ingin berbagi cerita ini pada kalian semua.Berharap, cerita ini akan menjadi pelajaran untuk kita yang masih hidup. Beberapa diantara antum semua, bahkan mengenal almarhumah ini.
Saat itu, aku berada dibangku sekolah SMA kelas 2. Kegiatanku selain sekolah, adalah menjadi pengurus Rohis dan DKM sekolah. Saat itu, pandanganku tertuju pada seorang anak perempuan, yang sangat ceria dan supel. Dia menyunggingkan senyumnya padaku. Aku pun menghampirinya,lalu menyalaminya sambil menanyakan namanya dan kelas berapa. Itulah awal pertemuan kami.
Pada suatu waktu, saat aku tengah mentoring dengan adikku,A,kemudian Meli datang dan meminta izin untuk bergabung mengikuti mentoring saat itu. Dengan senang hati, aku persilahkan dia untuk duduk dalam majelis kecil itu. Selama pementoringan, dia nampaknya sangat tertarik dan terus menerus melontarkan pertanyaan terkait materi yang aku bahas. Sesekali juga, dia menceritakan tentang pengalaman dan masalah pribadinya.
Hingga, sejak saat itulah kami jadi dekat. Dia sering menghampiri dan curhat tentang permasalahan keluarganya. Meli, adalah anak yang gaul. Maka dari itu, dia dianggap supel oleh semua teman2nya. Dibalik keceriaannya, ternyata dia menyimpan segudang kedukaan. Dan kedukaannya dia tumpahkan saat bercerita sembari menangis tanda permasalahan yang ditanggungnya berat sekali.
Almarhumah bercerita tentang kondisi keluarganya, dimana dia memiliki 2 orang adik laki2,dengan orang tua yang kurang ideal kondisinya. Ayahnya sakit2an, karena itu kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya. Sehingga ibunya harus mencari usaha lain, yaitu dengan berjualan baju sisa eksport di suatu pasar swalayan ternama. Ibunya berjualan dengan menyewa tempat dibagian swalayan tersebut. Dia juga menceritakan, memiilki seorang kakek yang nashrani. Kakeknya tidak ridho terhadap keislaman keluarganya. Sehingga seringkali, dia mengajak cucu2nya, termasuk almarhumah untuk mengganti agama seperti dia.
Kakeknya menganggap kondisi keluarganya yang tidak seiman sesuai yang dia kehendaki, gara2 ayahnya mengajak ibunya pindah agama menjadi Islam. Perjuangan sang kakek, sampai pada menghalalkan segala cara. Dia membuka hubungan dengan dunia ghaib dengan cara mengguna-guna ayahnya, sehingga ayahnya terkena keburukan dari guna2 tersebut. Kondisi kesehatannya memburuk dengan sangat cepat. Keluarga jadi Chaos. Dengan begitu, kakeknya berharap dia akan dapat mengajak keluarganya tersebut untuk masuk kedalam agamanya.
Jadilah Almh. Meli, seorang kakak yang berjuang dengan ibunya untuk menghidupi keluarga dan pengobatan bagi ayahnya yang divonis terkena STROKE saat itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, almh. Meli menjadi seorang akhowat yang struggle. Setiap pagi hingga siang dia belajar di sekolah. Siang hingga sore harinya dia pakai untuk mengkaji islam dan berdakwah. Sore hingga waktu isya, dia membantu ibunya menjaga toko. Malam harinya dia pakai untuk mengulang pelajaran dari sekolahnya, sesekali mengerjakan tugas.
Suatu saat almh, berkata bahwa dia ingin menambah penghasilan keluarga dengan berjualan pin. Hingga dia berusaha mencari komputer pinjaman dan berniat mencicil untuk keperluan usaha ini. Alhmadulillah, akhirnya dia bisa memulai usaha ini. Banyak orang yang tertarik dengan usahanya ini. Dia berharap, setidaknya ini bisa meringankan beban Ibunya yang harus berusaha keras membiayai keluarganya ditengah serangan kakeknya yang berbeda agama tersebut.
Sosok Meli yang tegar, pernah menyampaikan padaku tentang kondisi saat itu. Sambil menangis, dia berkata : “ Teh, syukron telah mengenalkan saya pada jalan ini. Sungguh teh, kalo saya ga kenal sama Islam, saya ga tahu bagaimana kedaan saya saat menghadapi himpitan hidup ini. Islam dan jalan dakwah inilah yang telah membuat saya tegar berdiri kalau bisa hingga syahid atau ajal menjemput “
Kemudian, kami berpisah, karena aku telah masuk kuliah saat itu. Pada tahun 2005 aku mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal dunia. Aku pun mendatangi rumahnya yang pada saat itu tengah padat di-takziahi oleh teman2 SMA ku. Namun, dengan kuasa Alloh, aku tidak mendapati kesedihan yang berlebihan diwajahnya. Bahkan dia menyinggungkan senyumannya pada kami semua, sembari menuangkan air minum saat itu.
Tidak hanya sampai sana ujian yang Alloh berikan pada almh. Meli. 1-2 bulan kemudian ( aku lupa jangka waktunya ), Alloh memanggil Ibunya kembali. Pada saat itu, almh. Meli sedang melaksanakan Filed Trip ke Jogja dari SMA nya. Dia mendatai kabar tersebut ketika tengah berada di Jogja. Berbeda dengan kematian ayahnya. Kematian Ibunya, menyisakkan sedikit kepedihan yang mendalam. Dia teringat Ibunya yang berjuang untuk menghidupi keluarganya tanpa lelah, merawat ayahnya hingga ajal menjemputnya. Selain dia amat kehilangan sosok Ibunya yang amat dekat dengan almhm.Meli, dia juga berfikir, dengan kondisi tiada ayah, lalu dia memiliki tanggungan 2 orang adik laki2 yang masih belum dewasa, akankah ia sanggup bertahan hidup di zaman kapitalisme ini???
Banyak pertanyaan yang yang tertaut dipikirannya. Aku lihat saat itu, tangisannya menandakan kebingungannya atas hidup yang ia jelang esok saat hilangnya pelindung inti, yakni ayah dan ibunya.
Bagaimanapun, 2 kejadian yang berturut2 menimpanya, tak membuatnya putus asa, bahkan dia semakin tumbuh menjadi remaja yang energik,optimis,dan pekerja keras. Konsekwensi dari perannya yang ganda sebagai pengemban dakwah, mahasiswi, tulang punggung keluarga membuatnya berebada dengan yang lainnya. Hidupnya yang pahit dia buat manis dengan sentuhan-sentuhan kreatifnya. Walalupun sesekali, dia harus meminta bantuan saudara2nya sesama aktivis untuk membantunya saat himpitan ekonomi datang melanda. Sudah tak terbilang, berapa banya air mata yang ia tumpahkan untuk kehidupannya yang luar biasa itu.
Namun, dengan kuasa Alloh, saat kondisinya yang demikian, ia tidak pernah menomorduakan dakwah. Ia tidak pernah berfikir untuk berhenti berdakwah. Ia seringkali melakukan interkasi dakwah dengan teman2nya sesama aktivis, terlibat diskusi dengan dengan teman2 sekelasnya, memegang mentoring, dan berjumpa secara continue dengan adik2 yang dititipkannya untuk dibina agar menjadi pribadi islam olehnya.
Dakwah, suatu pekerjaan yang tidak mudah. Butuh orang2 yang paham dan ikhlas serta penuh pengorbanan untuk mendapati dirinya diberikan predikat pengemban dakwah dihadapan Alloh SWT. Adiku Meli, dia memilki komitmen yang kuat dalam berdakwah. Selalu teringat kata2nya : “ Teh, semangat!! Dakwah sampai syahid!!”
Skenario Alloh, Dialah Yang Maha berkehendak. Almh. Meli, dipanggil oleh Alloh SWT pada 3 tahun yang lalu. Rupanya dia menderita penyakit yang biasa diidap oleh kebanyakan aktivis, yakni tipus. Namun ada yang mengatakan, bahwa dia mengidap penyakit demam tinggi yang dapat menyebabkan kematian, sebuah penyakit baru di era kedokteran ( penulis lupa nama penyakitnya ). Dia tidak pernah merasai penyakitnya tersebut. Selain tidak ada uang untuk berobat, dia juga berpikir: kalo aku sakit, siapa yang akan membiayai dan mengurus adik2nya yang belum dewasa tersebut???
Almh. Sempat dilarikan ke rumah sakit, dengan biaya dari saudara2nya sesama aktivis dakwah. Sebelum meninggal, dia pernah mendatangi mimpi salah seorang tetehnya dan menitipkan pesan : “teh, saya pamit, saya minta tolong maafkan saya dan sampaikan maaf saya pada teman2 yang lain. Dan saya mohon perhatikan adik2 saya.” Bahkan ada yang didatangi oleh beliau sebelum meninggal lewat mimpi juga, beliau berpesan untuk memaafkan kesalahannya pada semuanya dan sempat memberikan semangat untuk terus berjuang dalam dakwah dijalan Alloh.
Kabar kepergian adiku Meli ini, sungguh telah membuatku sedih. Karena, aku tidak menyangka, baru beberapa hari ini kita bertemu dalam keadaan yang ceria. Pada hari itu, aku menyaksikan tubuhnya yang terbujur kaku. Aku menyaksikan tubuhnya dimandikan sedang dirinya dalam keadaan kaku,kemudian jasadnya dibungkus kain kafan lalu beramai-ramai keluarganya, sahabat perjuangannya, teman2 SMS, guru-guru, rekan-rekan kerjanya mengantarkan dia ke pembaringan terakhirnya yang berukuran 2x3 m itu. Almh. Dikebumikan pada sore hari menjelang maghrib disertai do’a dari orang2 yang mengantarkannya. Aku belum pernah menyaksikan, banyaknya orang yang menghadiri kematian seseorang sebanyak ketika aku melihat kematian adiku yang kucintai ini.
Tersadar, aku mendapati wajah ini telah basah dengan air mata. Sebuah air mata do’a mengingat kesholihan dan keistiqomahan adikku, Almh. Meli. Dengan kuasa Alloh, almh. Bertahan dalam jalan yang diridhoi Alloh yakni islam. Dan yang paling menggembirakan, kepergiannya dalam keadaan istiqomah menjadi pengemban dakwah Islam. Meninggal dalam keadaan menjadi pejuang Islam yang berusaha mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum muslimin.
Cerita ini, semoga dapat mengingatkan kita yang masih hidup, bahwa dunia ini tempat beramal dan berjuang agar selamat di akherat. sesungguhnya akherat adalah tempat kembali kita yang abadi..
Salah besar, bahwa kita merasa cukup dengan apa yang sudah ada dan sudah kita lakukan saat sekarang, padahal semuanya belum sungguh-sungguh kita tujukkan untuk mempersembahkan yang terbaik dihadapan Alloh SWT..
engkau telah lebih dahulu dipanggil oleh-Nya,wahai adikku, maka kelak kami pun akan menyusulmu ke tempat peraduan yang abadi, hanya ditemani amal selama di dunia..
Izinkan kami, menyambut panggilan-MU dengan akhir yang baik dan indah...
Semoga, Alloh memberikanmu tempat yang layak disisi-Nya..
Semoga Alloh, menggantikan segala kedukaanmu dengan kesenangan dikampung akherat..
Semoga, kita dapat berkumpul di jannah Alloh kelak dalam keadaan aman, nyaman dan tentram..
Semoga engkau dibebaskan dari belenggu api neraka, dan penghisaban yang menyulitkan..
Semoga engkau menjadi salah seorang dari 7 golongan manusia yang akan mendapat naungan dari Alloh SWT...
Saat ini, aku, kami, hanya bisa mendo’akanmu, dan berharap agar kami menjadi orang yang istiqomah dalam jalan dakwah dalam keadaan sesulit apapun...
Dari kakakmu yang merindukanmu wahai pejuang agama Alloh,..
Nita Meilita
Catatan Nita
Aku ingin berbagi cerita ini pada kalian semua.Berharap, cerita ini akan menjadi pelajaran untuk kita yang masih hidup. Beberapa diantara antum semua, bahkan mengenal almarhumah ini.
Saat itu, aku berada dibangku sekolah SMA kelas 2. Kegiatanku selain sekolah, adalah menjadi pengurus Rohis dan DKM sekolah. Saat itu, pandanganku tertuju pada seorang anak perempuan, yang sangat ceria dan supel. Dia menyunggingkan senyumnya padaku. Aku pun menghampirinya,lalu menyalaminya sambil menanyakan namanya dan kelas berapa. Itulah awal pertemuan kami.
Pada suatu waktu, saat aku tengah mentoring dengan adikku,A,kemudian Meli datang dan meminta izin untuk bergabung mengikuti mentoring saat itu. Dengan senang hati, aku persilahkan dia untuk duduk dalam majelis kecil itu. Selama pementoringan, dia nampaknya sangat tertarik dan terus menerus melontarkan pertanyaan terkait materi yang aku bahas. Sesekali juga, dia menceritakan tentang pengalaman dan masalah pribadinya.
Hingga, sejak saat itulah kami jadi dekat. Dia sering menghampiri dan curhat tentang permasalahan keluarganya. Meli, adalah anak yang gaul. Maka dari itu, dia dianggap supel oleh semua teman2nya. Dibalik keceriaannya, ternyata dia menyimpan segudang kedukaan. Dan kedukaannya dia tumpahkan saat bercerita sembari menangis tanda permasalahan yang ditanggungnya berat sekali.
Almarhumah bercerita tentang kondisi keluarganya, dimana dia memiliki 2 orang adik laki2,dengan orang tua yang kurang ideal kondisinya. Ayahnya sakit2an, karena itu kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya. Sehingga ibunya harus mencari usaha lain, yaitu dengan berjualan baju sisa eksport di suatu pasar swalayan ternama. Ibunya berjualan dengan menyewa tempat dibagian swalayan tersebut. Dia juga menceritakan, memiilki seorang kakek yang nashrani. Kakeknya tidak ridho terhadap keislaman keluarganya. Sehingga seringkali, dia mengajak cucu2nya, termasuk almarhumah untuk mengganti agama seperti dia.
Kakeknya menganggap kondisi keluarganya yang tidak seiman sesuai yang dia kehendaki, gara2 ayahnya mengajak ibunya pindah agama menjadi Islam. Perjuangan sang kakek, sampai pada menghalalkan segala cara. Dia membuka hubungan dengan dunia ghaib dengan cara mengguna-guna ayahnya, sehingga ayahnya terkena keburukan dari guna2 tersebut. Kondisi kesehatannya memburuk dengan sangat cepat. Keluarga jadi Chaos. Dengan begitu, kakeknya berharap dia akan dapat mengajak keluarganya tersebut untuk masuk kedalam agamanya.
Jadilah Almh. Meli, seorang kakak yang berjuang dengan ibunya untuk menghidupi keluarga dan pengobatan bagi ayahnya yang divonis terkena STROKE saat itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, almh. Meli menjadi seorang akhowat yang struggle. Setiap pagi hingga siang dia belajar di sekolah. Siang hingga sore harinya dia pakai untuk mengkaji islam dan berdakwah. Sore hingga waktu isya, dia membantu ibunya menjaga toko. Malam harinya dia pakai untuk mengulang pelajaran dari sekolahnya, sesekali mengerjakan tugas.
Suatu saat almh, berkata bahwa dia ingin menambah penghasilan keluarga dengan berjualan pin. Hingga dia berusaha mencari komputer pinjaman dan berniat mencicil untuk keperluan usaha ini. Alhmadulillah, akhirnya dia bisa memulai usaha ini. Banyak orang yang tertarik dengan usahanya ini. Dia berharap, setidaknya ini bisa meringankan beban Ibunya yang harus berusaha keras membiayai keluarganya ditengah serangan kakeknya yang berbeda agama tersebut.
Sosok Meli yang tegar, pernah menyampaikan padaku tentang kondisi saat itu. Sambil menangis, dia berkata : “ Teh, syukron telah mengenalkan saya pada jalan ini. Sungguh teh, kalo saya ga kenal sama Islam, saya ga tahu bagaimana kedaan saya saat menghadapi himpitan hidup ini. Islam dan jalan dakwah inilah yang telah membuat saya tegar berdiri kalau bisa hingga syahid atau ajal menjemput “
Kemudian, kami berpisah, karena aku telah masuk kuliah saat itu. Pada tahun 2005 aku mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal dunia. Aku pun mendatangi rumahnya yang pada saat itu tengah padat di-takziahi oleh teman2 SMA ku. Namun, dengan kuasa Alloh, aku tidak mendapati kesedihan yang berlebihan diwajahnya. Bahkan dia menyinggungkan senyumannya pada kami semua, sembari menuangkan air minum saat itu.
Tidak hanya sampai sana ujian yang Alloh berikan pada almh. Meli. 1-2 bulan kemudian ( aku lupa jangka waktunya ), Alloh memanggil Ibunya kembali. Pada saat itu, almh. Meli sedang melaksanakan Filed Trip ke Jogja dari SMA nya. Dia mendatai kabar tersebut ketika tengah berada di Jogja. Berbeda dengan kematian ayahnya. Kematian Ibunya, menyisakkan sedikit kepedihan yang mendalam. Dia teringat Ibunya yang berjuang untuk menghidupi keluarganya tanpa lelah, merawat ayahnya hingga ajal menjemputnya. Selain dia amat kehilangan sosok Ibunya yang amat dekat dengan almhm.Meli, dia juga berfikir, dengan kondisi tiada ayah, lalu dia memiliki tanggungan 2 orang adik laki2 yang masih belum dewasa, akankah ia sanggup bertahan hidup di zaman kapitalisme ini???
Banyak pertanyaan yang yang tertaut dipikirannya. Aku lihat saat itu, tangisannya menandakan kebingungannya atas hidup yang ia jelang esok saat hilangnya pelindung inti, yakni ayah dan ibunya.
Bagaimanapun, 2 kejadian yang berturut2 menimpanya, tak membuatnya putus asa, bahkan dia semakin tumbuh menjadi remaja yang energik,optimis,dan pekerja keras. Konsekwensi dari perannya yang ganda sebagai pengemban dakwah, mahasiswi, tulang punggung keluarga membuatnya berebada dengan yang lainnya. Hidupnya yang pahit dia buat manis dengan sentuhan-sentuhan kreatifnya. Walalupun sesekali, dia harus meminta bantuan saudara2nya sesama aktivis untuk membantunya saat himpitan ekonomi datang melanda. Sudah tak terbilang, berapa banya air mata yang ia tumpahkan untuk kehidupannya yang luar biasa itu.
Namun, dengan kuasa Alloh, saat kondisinya yang demikian, ia tidak pernah menomorduakan dakwah. Ia tidak pernah berfikir untuk berhenti berdakwah. Ia seringkali melakukan interkasi dakwah dengan teman2nya sesama aktivis, terlibat diskusi dengan dengan teman2 sekelasnya, memegang mentoring, dan berjumpa secara continue dengan adik2 yang dititipkannya untuk dibina agar menjadi pribadi islam olehnya.
Dakwah, suatu pekerjaan yang tidak mudah. Butuh orang2 yang paham dan ikhlas serta penuh pengorbanan untuk mendapati dirinya diberikan predikat pengemban dakwah dihadapan Alloh SWT. Adiku Meli, dia memilki komitmen yang kuat dalam berdakwah. Selalu teringat kata2nya : “ Teh, semangat!! Dakwah sampai syahid!!”
Skenario Alloh, Dialah Yang Maha berkehendak. Almh. Meli, dipanggil oleh Alloh SWT pada 3 tahun yang lalu. Rupanya dia menderita penyakit yang biasa diidap oleh kebanyakan aktivis, yakni tipus. Namun ada yang mengatakan, bahwa dia mengidap penyakit demam tinggi yang dapat menyebabkan kematian, sebuah penyakit baru di era kedokteran ( penulis lupa nama penyakitnya ). Dia tidak pernah merasai penyakitnya tersebut. Selain tidak ada uang untuk berobat, dia juga berpikir: kalo aku sakit, siapa yang akan membiayai dan mengurus adik2nya yang belum dewasa tersebut???
Almh. Sempat dilarikan ke rumah sakit, dengan biaya dari saudara2nya sesama aktivis dakwah. Sebelum meninggal, dia pernah mendatangi mimpi salah seorang tetehnya dan menitipkan pesan : “teh, saya pamit, saya minta tolong maafkan saya dan sampaikan maaf saya pada teman2 yang lain. Dan saya mohon perhatikan adik2 saya.” Bahkan ada yang didatangi oleh beliau sebelum meninggal lewat mimpi juga, beliau berpesan untuk memaafkan kesalahannya pada semuanya dan sempat memberikan semangat untuk terus berjuang dalam dakwah dijalan Alloh.
Kabar kepergian adiku Meli ini, sungguh telah membuatku sedih. Karena, aku tidak menyangka, baru beberapa hari ini kita bertemu dalam keadaan yang ceria. Pada hari itu, aku menyaksikan tubuhnya yang terbujur kaku. Aku menyaksikan tubuhnya dimandikan sedang dirinya dalam keadaan kaku,kemudian jasadnya dibungkus kain kafan lalu beramai-ramai keluarganya, sahabat perjuangannya, teman2 SMS, guru-guru, rekan-rekan kerjanya mengantarkan dia ke pembaringan terakhirnya yang berukuran 2x3 m itu. Almh. Dikebumikan pada sore hari menjelang maghrib disertai do’a dari orang2 yang mengantarkannya. Aku belum pernah menyaksikan, banyaknya orang yang menghadiri kematian seseorang sebanyak ketika aku melihat kematian adiku yang kucintai ini.
Tersadar, aku mendapati wajah ini telah basah dengan air mata. Sebuah air mata do’a mengingat kesholihan dan keistiqomahan adikku, Almh. Meli. Dengan kuasa Alloh, almh. Bertahan dalam jalan yang diridhoi Alloh yakni islam. Dan yang paling menggembirakan, kepergiannya dalam keadaan istiqomah menjadi pengemban dakwah Islam. Meninggal dalam keadaan menjadi pejuang Islam yang berusaha mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum muslimin.
Cerita ini, semoga dapat mengingatkan kita yang masih hidup, bahwa dunia ini tempat beramal dan berjuang agar selamat di akherat. sesungguhnya akherat adalah tempat kembali kita yang abadi..
Salah besar, bahwa kita merasa cukup dengan apa yang sudah ada dan sudah kita lakukan saat sekarang, padahal semuanya belum sungguh-sungguh kita tujukkan untuk mempersembahkan yang terbaik dihadapan Alloh SWT..
engkau telah lebih dahulu dipanggil oleh-Nya,wahai adikku, maka kelak kami pun akan menyusulmu ke tempat peraduan yang abadi, hanya ditemani amal selama di dunia..
Izinkan kami, menyambut panggilan-MU dengan akhir yang baik dan indah...
Semoga, Alloh memberikanmu tempat yang layak disisi-Nya..
Semoga Alloh, menggantikan segala kedukaanmu dengan kesenangan dikampung akherat..
Semoga, kita dapat berkumpul di jannah Alloh kelak dalam keadaan aman, nyaman dan tentram..
Semoga engkau dibebaskan dari belenggu api neraka, dan penghisaban yang menyulitkan..
Semoga engkau menjadi salah seorang dari 7 golongan manusia yang akan mendapat naungan dari Alloh SWT...
Saat ini, aku, kami, hanya bisa mendo’akanmu, dan berharap agar kami menjadi orang yang istiqomah dalam jalan dakwah dalam keadaan sesulit apapun...
Dari kakakmu yang merindukanmu wahai pejuang agama Alloh,..
Nita Meilita
Catatan Nita
Labels: Kisah
Cetak halaman ini