HIP HTI Soloraya: "Syariah dan Khilafah Bukan Lagi Suatu Alternatif Tetapi Keniscayaan dan Keharusan"
Hizbut Tahrir Indonesia DPD Kota Soloraya pada hari Ahad 13 Desember 2009, kembali menggelar Halqah Islam dan Peradaban (HIP) refleksi akhir tahun. Kali ini mengambil tema: "Syariah dan Khilafah Bukan Lagi Suatu Alternatif Tetapi Keniscayaan dan Keharusan". Acara dikemas dalam bentuk Talk Show dengan menghadirkan pembicara yaitu: Ust. Ir. Ismail Yusanto MM (Jubir HTI), Anies Prijo Ansharie, SH (Pembanding bidang hukum), dan Lukman Hakim SE.MSi (Pembanding bidang ekonomi). Bertempat di Borobudur Room hotel Novotel Solo.
Acara HIP ini diikuti oleh sekitar 500 peserta, tempat duduk yang di sediakan panitiapun terisi penuh. Ust. Ismail Yusanto yang mendapat kesempatan sebagai pembicara pertama, menyampaikan beberapa kejadian penting yang terjadi di tahun 2009, diantaranya bencana-bencana yang terjadi di Indonesia, pesta demokrasi yang tak menghasilkan apa-apa, Tragedi bom JW Marriot di balik isu war an terrorist dan yang lainya. Ust. Ismail merasa bersyukur pada tahun 2009 ini hizbut tahrir Indonesia berhasil menyelenggarakan Muktamar Ulama yang diikuti oleh sekitar 7000 ulama di Jakarta baru-baru ini.
Jubir HTI juga memaparkan betapa carut marutnya kondisi bangsa, baik pada sektor ekonomi, politik, sosial dan budaya. Secara detail Ust. Ismail menjelaskan akar masalah beserta solusinya. Menurutnya, semua problematika umat yang ada sekarang ini, ujung pangkalnya hanyalah satu, yakni tidak adanya khilafah, tidak diterapkanya syariah Islam secara kaffah.
Senada dengan Ust.Ismail, Anies Prijo.SH sebagai ahli hukum menyampaikan kebobrokan sistem peradilan di Indonesia. Menurutnya, hukum di Indonesia mudah dibeli. Karena itu, ia berkali-kali menyatakan ketidak setujuannya dengan hukum buatan manusia dan berharap demokrasi segera diganti dengan syariah Islam.
Sementara itu Lukman Hakim SE. Msi sebagai ahli ekonomi mengulas krisis finansial yang terjadi di AS dan kemudian menular ke Asia, tidak terkecuali Indonesia. Ia berharap bangsa Indonesia ini tidak menjadi negara pembebek atau ikut-ikutan, seperti halnya mengikuti Kapitalisme paham yang berasal dari barat. Pria yang mengaku dahulu aktif di HMI ini juga apresiatif terhadap perjuangan HTI dan mendukung di tegakkanya syariah dan Khilafah.
Para peserta tampak begitu khusu' mengikuti jalannya acara, mereka sangat antusias, terbukti dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang masuk secara langsung maupun via SMS ke forum. Ust. Ismail yang mendapat paling banyak pertanyaan pun dapat menjawab dengan sangat baik. Di Akhir acara, panitia menyebarkan kuisioner, hampir seluruh peserta HIP mendukung terhadap perjuangan syariah dan khilafah. "HTI maju terus pantang mundur!" begitu bunyi dukungan dari salah satu peserta HIP.
Cetak halaman ini
Acara HIP ini diikuti oleh sekitar 500 peserta, tempat duduk yang di sediakan panitiapun terisi penuh. Ust. Ismail Yusanto yang mendapat kesempatan sebagai pembicara pertama, menyampaikan beberapa kejadian penting yang terjadi di tahun 2009, diantaranya bencana-bencana yang terjadi di Indonesia, pesta demokrasi yang tak menghasilkan apa-apa, Tragedi bom JW Marriot di balik isu war an terrorist dan yang lainya. Ust. Ismail merasa bersyukur pada tahun 2009 ini hizbut tahrir Indonesia berhasil menyelenggarakan Muktamar Ulama yang diikuti oleh sekitar 7000 ulama di Jakarta baru-baru ini.
Jubir HTI juga memaparkan betapa carut marutnya kondisi bangsa, baik pada sektor ekonomi, politik, sosial dan budaya. Secara detail Ust. Ismail menjelaskan akar masalah beserta solusinya. Menurutnya, semua problematika umat yang ada sekarang ini, ujung pangkalnya hanyalah satu, yakni tidak adanya khilafah, tidak diterapkanya syariah Islam secara kaffah.
Senada dengan Ust.Ismail, Anies Prijo.SH sebagai ahli hukum menyampaikan kebobrokan sistem peradilan di Indonesia. Menurutnya, hukum di Indonesia mudah dibeli. Karena itu, ia berkali-kali menyatakan ketidak setujuannya dengan hukum buatan manusia dan berharap demokrasi segera diganti dengan syariah Islam.
Sementara itu Lukman Hakim SE. Msi sebagai ahli ekonomi mengulas krisis finansial yang terjadi di AS dan kemudian menular ke Asia, tidak terkecuali Indonesia. Ia berharap bangsa Indonesia ini tidak menjadi negara pembebek atau ikut-ikutan, seperti halnya mengikuti Kapitalisme paham yang berasal dari barat. Pria yang mengaku dahulu aktif di HMI ini juga apresiatif terhadap perjuangan HTI dan mendukung di tegakkanya syariah dan Khilafah.
Para peserta tampak begitu khusu' mengikuti jalannya acara, mereka sangat antusias, terbukti dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang masuk secara langsung maupun via SMS ke forum. Ust. Ismail yang mendapat paling banyak pertanyaan pun dapat menjawab dengan sangat baik. Di Akhir acara, panitia menyebarkan kuisioner, hampir seluruh peserta HIP mendukung terhadap perjuangan syariah dan khilafah. "HTI maju terus pantang mundur!" begitu bunyi dukungan dari salah satu peserta HIP.
Among tamu putra, anda pasti akan di sambut dengan senyum
Pintu masuk akhwat, harus registrasi dulu
Peserta membludak memenuhi Borobudur Room
Mimbar Utama
Sumber: Catatan Ali
Labels: Liputan Khusus
