KHILAFAH, JUST MATTER OF TIME!
Tepat 28 Rajab 1431 H nanti, kita kembali memperingati 89 tahun momentum yang paling menyakitkan bagi umat Islam di seluruh dunia, yaitu runtuhnya Khilafah. Tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924, Kemal Attaturk (seorang agen Inggris), secara resmi membubarkan Kekhilafahan Turki Utsmani. Malam harinya, tengah malam, Khalifah Islam terakhir, Sultan Abdul Majid, diusir!
Empat bulan kemudian, 24 Juli 1924, Perjanjian Laussane ditandatangani. Di antara isinya, Inggris mengakui kemerdekaan Turki sekaligus menarik pasukannya dari Turki. Merespon sikap Inggris ini, seorang perwira Inggris saat itu memprotes Menteri Luar Negeri Inggris, Curzon. Dengan enteng Curzon menjawab, "Yang penting, Turki telah kita hancurkan dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritualnya, yaitu Khilafah dan Islam!" (Zallum, 2001: 184).
BARAT MENGAKUI, KHILAFAH SEGERA TEGAK KEMBALI
Pandangan Barat Peradaban dan Idiologi Islam disebut-sebut Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, di hadapan Kongres Partai Buruh sebagai Idiologi Iblis. Perdanan Menteri Toni Blair “Islam merupakan Idiologi ‘Iblis/jahat’ (‘evil idiologi) dengan ciri:
1. Ingin mengeliminasi Israel
2. Menjadikan Syariat Islam sebagai sumber hukum
3. Menegakkan Khilafah
4. Bertentangan dengan nilai-nilai liberal”. (BBC News, 16 Juli 2005).
Direktur The International Security and Energy Program Nixon Center yaitu Zeyno Baran, mengatakan: “Hingga beberapa tahun yang lalu, sebagian besar kelompok Islam menganggap upaya penegakkan Khilafah yang baru adalah tujuan yang utopis. Sekarang semakin banyak orang yang mempertimbangkan pendirian kembali Khilafah sebagai tujuan yang serius”.
News BBC memberitakan: “In Solving all the problems of the current world today, muslim in muslim countries agree to reestablish/restore Islamic State (Daulah Khilafah Islam (Dalam menyelesaikan semua permasalahan yang dialami oleh dunia sekarang, kaum muslim di negeri-negeri muslim setuju untuk menegakkan kembali Negara Islam (Daulah Khilafah Islam)”. (BBC News, 25/4/2007).
Charles Hill, Kepala Staff Departemen Luar Negeri di Era pemerintahan AS Reagen, menyuarakan: “Negara-negara di kawasan itu (Timur Tengah) ‘terancam bahaya’ oleh tata pemerintahan (‘bad’ governance) yang ‘buruk’ dan Idiologi Islam yang akan menghapuskan negara-negara dan membangun kembali Khilafah”. Dalam pidatonya di Herritage Foundation tanggal 6 Oktober 2005, Menteri Dalam Negeri Inggris Charles Clarke mengatakan: “Tidak (mungkin) ada tawar menawar (kompromi) tentang perjuangan Pendirian kembali Khilafah dan tidak ada ruang diskusi tentang penerapan hukum-hukum Syariat Islam…”
Bukan hanya itu, bahkan Perdana Menteri Inggris, ketika memberikan sambutan pada Kongres Tahunan Partai Buruh, tanggal 16/7/2005 M, seputar Ledakan London, tanggal 7/7/2005 M, telah menjadikan Khilafah sebagai pusat perhatian, dan bukannya Ledakan itu sendiri. Dia sampai mengatakan: “Kita akan memerangi gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel, mengeluarkan Barat dari Dunia Islam, dan mendirikan satu Negara Khilafah Islam, yang akan menerapkan Syariat Islam di dunia Islam dengan cara mendirikan Khilafah untuk seluruh umat Islam”.
David Brooks menulis di New York Times: “Di atas segalanya, kita perlu melihat bahwa realitas sudah berubah. Di masa lalu, kita memerangi gerakan idiologis yang mengendalikan negara. Kebijakan luar negeri kita diarahkan pada hubungan dengan negara-negara itu; bernegosiasi dengan negara, berkonfrontasi dengan negara. Kini kita dihadapkan pada suatu sistem keyakinan yang bertentangan dengan sistem negara dan kembalinya Khilafah. Kita akan membutuhkan seperangkat institusi baru untuk menghadapi realitas baru ini, dan pelatihan baru untuk memahami orang-orang yang tidak tertarik dengan kepentingan nasional, menurut pengertian tradisional. Pekan lalu Saya bertemu dengan seorang pejabat militer yang bertugas di Afganistan dan Irak, yang observasinya pas sekali dengan ketua komisi 911. Ia mengatakan bahwa apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini sudah salah arah; mulai sekarang hanya 10% dari upaya kita yang bersifat militer, sisanya idiologis. Ia mengamati bahwa kita berada dalam perang melawan ‘ekstrimisme’ Islam, seperti kita pernah berperang melawan komunisme di tahun 1880. Dalam pidatonya kepada publik di sebuah diskusi di Virginia 28 Oktober 2005,
Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, menegaskan: “Para pejuang militan itu meyakini bahwa kalau mereka menguasai satu negeri, mereka akan memimpin seluruh bangsa Islam dan akan mengakibatkan kaum Militan mampu mendongkel kekuasaan seluruh pemerintahan moderat di kawasan tersebut dan tak lama kemudian mereka akan mendirikan Imperium Islam radikal yang terbentang dari Spanyol hingga Indonesia”.
Pada Konferensi Keamanan ke 42 yang berlangsung di Munich, menteri pertahanan Amerika Serikat, Donald Rumsfeld menjelaskan: “Mereka mencoba mengambilalih pemerintahan dari Afrika Utara hingga ke Asia Tenggara dan menegakkan kembali Khilafah yang mereka inginkan dan hal ini pada suatu hari nanti akan meliputi setiap benua” ujarnya “Mereka telah membuat dan menyebarkan peta yang menghapuskan batas-batas negara dan menggantinya dengan suatu imperium dunia”. (Sunday Times, 6/02/2006).
Pernyataan yang sama dilontarkan oleh Tony Blair saat merespon pemboman di London. Kala itu Blair menyatakan dengan emosi: “Mereka memiliki jaringan di setiap negara dan ribuan kawan yang terus bepergian. Mereka memiliki support dana yang baik. Lihatlah website mereka. Mereka memiliki propaganda yang canggih. Mereka merekrut siapapun dengan cara apapun dengan mudah. Mereka memiliki tuntutan… ini disebabkan idiologi agama mereka… Mereka melakukan apa yang diperintahkan Tuhan mereka; mereka akan mendapat surga. Mereka menuntut pembubaran Israel, penarikan Barat dari negeri-negeri Islam, ‘mengabaikan’ harapan masyarakat dan pemerintah, mendirikan ‘negara Taliban’ dan hukum Syariah di Dunia Arab menuju Satu Kekhilafahan untuk semua kaum Muslim.”
Wakil Presiden Amerika Serikat di bulan Februari 2007 dalam kunjungan ke Australia pasca Konferensei Internasional Khilafah Islamiyyah di Australia pada bulan yang sama mengatakan: “Tegaknya Khilafah sudah tidak bias dibendung lagi”. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald Rumsfle pun pernah mengatakan: “Jika tentara Amerika Serikat keluar dari Irak segera, Irak akan menjadi surga bagi militan dan menjadi basis penyebaran Negara Adidaya Islam yang akan ‘mengancam’ dunia…Irak akan menjadi basis Negara Khilafah yang baru, yang akan meluas ke Timur Tengah”. (Washingtonpost.com, 5/12/2005).
Dalam kesempatan yang lain, tanggal 5 Desember 2005, Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld dalam komentarnya tentang masa depan Irak di Universitas John Hopkins, juga menyatakan: “Irak akan menjadi pondasi Khilafah Islam yang baru yang akan membentang ke seluruh Timur Tengah dan akan mengancam pemerintahan yang sah di Eropa, Afrika dan Asia. Inilah rancangan mereka. Mereka (gerakan Islam fundamentalis) telah menyatakan hal itu. Kita akan melakukan kesalahan mengerikan jika kita gagal mendengar dan belajar”. Desember 2004 lalu, National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul’ “Mapping Global Future”. Dalam laporan ini diprediksi empat skenario dunia tahun 2020, diantaranya: A New Chaliphate: Berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global Barat.
Dan akhirnya, Pusat Studi Kerajaan Belanda di awal tahun 2007 merekomendasikan kepada Kerajaan Belanda: Tegaknya Khilafah adalah sebuah keniscayaan. Kerajaan Belanda harus menerima kenyataan bahwa Khilafah akan segera tegak kembali & Kerajaan Belanda harus mulai menyusun kebijakan-kebijakan yang akan diambil ketika Khilafah tegak nanti.
FAKTA SEJARAH
Tidak dipungkiri (kecuali oleh mereka yang percaya ilusi), saat wafat, salah satu 'harta ber-harga' yang diwariskan Baginda Rasulullah SAW kepada umat ini adalah Daulah Islam (Negara Islam)., yang kemudian dikenal dengan Khilafah Islam. Dalam Negara Islamlah, penerapan Islam betul-betul nyata, dan Islam berkembang pesat sekaligus menguasai seluruh jazirah Arab. Negara semacam inilah yang kemudian diwarisi Khalifah Abu Bakar ra., sesaat setelah Baginda Nabi SAW wafat. Pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ra, Islam semakin menyebar ke luar jazirah Arab.
Setelah Abu Bakar ra wafat, Umar bin al-Khaththab ra diangkat menjadi khalifah. Pada masanya, Kota Damaskus (Syria) berhasil dikuasai. Pasukan Muslim berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Herak-lius terpaksa mundur ke Konstantinopel meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Khalifah Umar ra. lalu berangkat ke Yerusalem. Kaum Gereja Syria dan Gereja Kopti-Mesir bahkan begitu mengharapkan kedatangan Islam. Sebab, semasa kekuasaan Romawi mereka sangat ter-tindas.
Islam segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandariah hingga Tripoli. Ke wilayah Timur, pasukan Muslim juga merebut Ctesiphon, pusat Ke-rajaan Persia pada 637 Masehi. Dari Persia, Islam menyebar ke wilayah Asia Tengah; mulai Turkmenistan, Azerbaijan bahkan ke timur ke wilayah Afganistan sekarang.
Tibalah Utsman bin Affan ra. diang-kat sebagai khalifah berikutnya setelah Umar ra. wafat. Untuk pertama kalinya, Islam mempunyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sufyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakainya untuk mengem-bangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopel pun sempat dikepung.
Berikutnya, penerus Khalifah Utsman ra., adalah Khilafah Ali bin Abi Thalib ra. Pada masanya, meski sempat dilanda 'krisis politik', Islam dan kekuasaannya semakin mantap.
Kekhilafahan Umayah (661-750 M)
Pada masa Muawiyah, kekuasaan melebar ke Barat hingga Tunisia yang berada di seberang Italia. Di Timur, wilayah kekuasaan telah menjangkau seluruh tanah Afganistan sekarang. Wilayah Asia Tengah seperti Bukhara, Khawarizm, Ferghana hingga Samarkand mereka kuasai. Pasukan Umayah bahkan menjangkau wilayah Sind dan Punyab di India dan Pakistan.
Dengan rentang wilayah kekuasaan yang sangat luas pada abad ke-8 M ter-sebut, saat itu Kekhilafahan Islam meru-pakan kekuasaan yang paling besar di dunia, mengalahkan kekuasaan besar lain-nya, yakni Dinasti Tang di wilayah Cina dan Kerajaan Romawi yang berpusat di Kons-tantinopel.
Pada masa ini pula, Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720) berhasil mensejah-terakan seluruh rakyatnya tanpa kecuali. Saat itu, tidak ada seorang pun yang mau menerima pembagian harta zakat.
Daulah Abbasiyah (750-1258 M)
Pada masa ini, Baghdad dibangun sebagai pusat peradaban. Sains dan teknologi berkembang pesat. Kemak-muran masyarakat terwujud pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785). Program irigasi berhasil meningkatkan produksi pertanian berlipat kali. Jalur perdagangan dari Asia Tengah dan Timur hingga Eropa melalui wilayah Kekhalifahan Abbasiyah berjalan pesat. Pertambangan emas, perak, besi dan tembaga berjalan dengan baik. Basrah di Teluk Persia tumbuh menjadi satu pelabuhan terpenting di dunia.
Puncak peradaban Islam terjadi pada masa Harun ar-Rasyid (786-809 M). Bukan hanya kemakmuran masyarakat yang di-capai, namun juga pendidikan, kebu-dayaan, sastra dan lain-lain.
Masa keemasan ini dilanjutkan oleh Al-Ma'mun (813-833). Dia mendirikan ba-nyak sekolah. Ia mendirikan pula "Bait Al-Hikmah", perpustakaan sekaligus pergu-ruan tinggi. Hingga Khalifah al-Mutawakkil (847-861).
Pada awal masa Bani Buwaih (945-1055), kemakmuran kembali berkembang di wilayah Kekhalifahan Abbasiyah. Banyak intelektual bermunculan, sebagian besar-nya bahkan menjadi rujukan di Barat sampai Abad 19.
Pada tahun 1065 dibangun Univer-sitas Nizhamiyah di Baghdad. Inilah yang disebut model pertama universitas yang kini dikenal dunia. Di berbagai kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang universitas ini. Pengetahuan berkembang sangat pesat. Banyak intelektual lahir pada masa ini.
Secuil kisah sukses Negara Islam atau Khilafah Islam itu benar-benar nyata, bukan ilusi, kecuali bagi mereka yang buta sejarah, atau mungkin buta mata hatinya.
KEPASTIAN KEMBALINYA KHILAFAH ISLAM!
Meski sedemikian fakta sejarah membuktikan, dan pengakuan pun datang bukan hanya dari pakar Islam, tetapi juga pakar non-Muslim, tetap saja ada pihak yang meragukan kembalinya Khilafah. Bahkan ada yang menganggap kembalinya Khilafah itu mustahil, dan orang yang hendak menegakkannya kembali itu bagaikan tengah berfantasi.
Berkaitan dengan soal di atas, perlu kami tegaskan di sini, bahwa orang yang mengatakan bahwa Khilafah tidak akan bisa tegak itulah yang justru tengah berfantasi. Dengan izin Allah, Khilafah akan tegak kembali. Keyakinan ini ditopang oleh empat perkara:
Pertama, jaminan dari Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih untuk memberikan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang pernah diberikan kepada para pendahulu mereka.
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS an-Nur [24]: 55).
Kedua, kabar gembira dari Rasulullah saw. berupa akan kembalinya Khilafah Rasyidah ala Minhaji Nubuwwah (berdasarkan metode kenabian), setelah fase penguasa diktator pada zaman kita ini., Nabi saw. Bersabda, sebagaimana dituturkan Hudzaifah al-Yaman:
Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase penguasa yang zalim, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Setelah itu, akan datang kembali Khilafah ala Minhajin Nubuwah (berdasarkan metode kenabian). Kemudian Baginda saw. diam. (HR Ahmad).
Ketiga, umat Islam yang hidup dan dinamis tentu akan menyambut perjuangan bagi tegaknya Khilafah dan siap mendukung perjuangan ini hingga Allah mewujudkan janji-Nya. Setelah itu, mereka akan bahu-membahu merapatkan barisan untuk menjaga Khilafah. Sesungguhnya umat ini diturunkan sebagai umat terbaik (khayra ummah), yang akan selalu bergerak untuk mewudukan predikat itu. Allah SWT berfirman:
"Kalian adalah umat terbaik, yang dihadirkan untuk seluruh umat manusia. Kalian harus menyerukan kemakrufan dan mencegah kemungkaran serta tetap mengimani Allah" (QS Ali �Imran [3]: 110).
Keempat, adanya partai (hizb) yang ikhlas, yang terus bekerja dengan sungguh-sungguh siang dan malam bagi tegaknya Khilafah semata karena hingga janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah saw. itu benar-benar terwujud. Partai itu, sikapnya lurus, tidak pernah takut terhadap cacian orang yang mencaci, tuntutannya tidak pernah melunak serta tekadnya tidak pernah melemah sampai cita-citanya tercapai. Seolah-olah ini membenarkan sabda Nabi saw., sebagaimana dikeluarkan Muslim dan Tsauban:
Akan selalu ada satu kelompok dari umatku, yang selalu memperjuangkan kebenaran. Mereka tidak akan bisa dinistakan oleh siapa pun yang menistakan mereka, hingga urusan Allah ini menang, dan mereka pun tetap seperti itu.
Kini, kembalinya Khilafah tinggal soal waktu. Semuanya ada di tangan Allah. Karena itu, hanya dengan izin dan pertolongan Allah, Khilafah pasti akan tegak kembali! Wallahu a'lam
Catatan Muhammad
Empat bulan kemudian, 24 Juli 1924, Perjanjian Laussane ditandatangani. Di antara isinya, Inggris mengakui kemerdekaan Turki sekaligus menarik pasukannya dari Turki. Merespon sikap Inggris ini, seorang perwira Inggris saat itu memprotes Menteri Luar Negeri Inggris, Curzon. Dengan enteng Curzon menjawab, "Yang penting, Turki telah kita hancurkan dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritualnya, yaitu Khilafah dan Islam!" (Zallum, 2001: 184).
BARAT MENGAKUI, KHILAFAH SEGERA TEGAK KEMBALI
Pandangan Barat Peradaban dan Idiologi Islam disebut-sebut Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, di hadapan Kongres Partai Buruh sebagai Idiologi Iblis. Perdanan Menteri Toni Blair “Islam merupakan Idiologi ‘Iblis/jahat’ (‘evil idiologi) dengan ciri:
1. Ingin mengeliminasi Israel
2. Menjadikan Syariat Islam sebagai sumber hukum
3. Menegakkan Khilafah
4. Bertentangan dengan nilai-nilai liberal”. (BBC News, 16 Juli 2005).
Direktur The International Security and Energy Program Nixon Center yaitu Zeyno Baran, mengatakan: “Hingga beberapa tahun yang lalu, sebagian besar kelompok Islam menganggap upaya penegakkan Khilafah yang baru adalah tujuan yang utopis. Sekarang semakin banyak orang yang mempertimbangkan pendirian kembali Khilafah sebagai tujuan yang serius”.
News BBC memberitakan: “In Solving all the problems of the current world today, muslim in muslim countries agree to reestablish/restore Islamic State (Daulah Khilafah Islam (Dalam menyelesaikan semua permasalahan yang dialami oleh dunia sekarang, kaum muslim di negeri-negeri muslim setuju untuk menegakkan kembali Negara Islam (Daulah Khilafah Islam)”. (BBC News, 25/4/2007).
Charles Hill, Kepala Staff Departemen Luar Negeri di Era pemerintahan AS Reagen, menyuarakan: “Negara-negara di kawasan itu (Timur Tengah) ‘terancam bahaya’ oleh tata pemerintahan (‘bad’ governance) yang ‘buruk’ dan Idiologi Islam yang akan menghapuskan negara-negara dan membangun kembali Khilafah”. Dalam pidatonya di Herritage Foundation tanggal 6 Oktober 2005, Menteri Dalam Negeri Inggris Charles Clarke mengatakan: “Tidak (mungkin) ada tawar menawar (kompromi) tentang perjuangan Pendirian kembali Khilafah dan tidak ada ruang diskusi tentang penerapan hukum-hukum Syariat Islam…”
Bukan hanya itu, bahkan Perdana Menteri Inggris, ketika memberikan sambutan pada Kongres Tahunan Partai Buruh, tanggal 16/7/2005 M, seputar Ledakan London, tanggal 7/7/2005 M, telah menjadikan Khilafah sebagai pusat perhatian, dan bukannya Ledakan itu sendiri. Dia sampai mengatakan: “Kita akan memerangi gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel, mengeluarkan Barat dari Dunia Islam, dan mendirikan satu Negara Khilafah Islam, yang akan menerapkan Syariat Islam di dunia Islam dengan cara mendirikan Khilafah untuk seluruh umat Islam”.
David Brooks menulis di New York Times: “Di atas segalanya, kita perlu melihat bahwa realitas sudah berubah. Di masa lalu, kita memerangi gerakan idiologis yang mengendalikan negara. Kebijakan luar negeri kita diarahkan pada hubungan dengan negara-negara itu; bernegosiasi dengan negara, berkonfrontasi dengan negara. Kini kita dihadapkan pada suatu sistem keyakinan yang bertentangan dengan sistem negara dan kembalinya Khilafah. Kita akan membutuhkan seperangkat institusi baru untuk menghadapi realitas baru ini, dan pelatihan baru untuk memahami orang-orang yang tidak tertarik dengan kepentingan nasional, menurut pengertian tradisional. Pekan lalu Saya bertemu dengan seorang pejabat militer yang bertugas di Afganistan dan Irak, yang observasinya pas sekali dengan ketua komisi 911. Ia mengatakan bahwa apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini sudah salah arah; mulai sekarang hanya 10% dari upaya kita yang bersifat militer, sisanya idiologis. Ia mengamati bahwa kita berada dalam perang melawan ‘ekstrimisme’ Islam, seperti kita pernah berperang melawan komunisme di tahun 1880. Dalam pidatonya kepada publik di sebuah diskusi di Virginia 28 Oktober 2005,
Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, menegaskan: “Para pejuang militan itu meyakini bahwa kalau mereka menguasai satu negeri, mereka akan memimpin seluruh bangsa Islam dan akan mengakibatkan kaum Militan mampu mendongkel kekuasaan seluruh pemerintahan moderat di kawasan tersebut dan tak lama kemudian mereka akan mendirikan Imperium Islam radikal yang terbentang dari Spanyol hingga Indonesia”.
Pada Konferensi Keamanan ke 42 yang berlangsung di Munich, menteri pertahanan Amerika Serikat, Donald Rumsfeld menjelaskan: “Mereka mencoba mengambilalih pemerintahan dari Afrika Utara hingga ke Asia Tenggara dan menegakkan kembali Khilafah yang mereka inginkan dan hal ini pada suatu hari nanti akan meliputi setiap benua” ujarnya “Mereka telah membuat dan menyebarkan peta yang menghapuskan batas-batas negara dan menggantinya dengan suatu imperium dunia”. (Sunday Times, 6/02/2006).
Pernyataan yang sama dilontarkan oleh Tony Blair saat merespon pemboman di London. Kala itu Blair menyatakan dengan emosi: “Mereka memiliki jaringan di setiap negara dan ribuan kawan yang terus bepergian. Mereka memiliki support dana yang baik. Lihatlah website mereka. Mereka memiliki propaganda yang canggih. Mereka merekrut siapapun dengan cara apapun dengan mudah. Mereka memiliki tuntutan… ini disebabkan idiologi agama mereka… Mereka melakukan apa yang diperintahkan Tuhan mereka; mereka akan mendapat surga. Mereka menuntut pembubaran Israel, penarikan Barat dari negeri-negeri Islam, ‘mengabaikan’ harapan masyarakat dan pemerintah, mendirikan ‘negara Taliban’ dan hukum Syariah di Dunia Arab menuju Satu Kekhilafahan untuk semua kaum Muslim.”
Wakil Presiden Amerika Serikat di bulan Februari 2007 dalam kunjungan ke Australia pasca Konferensei Internasional Khilafah Islamiyyah di Australia pada bulan yang sama mengatakan: “Tegaknya Khilafah sudah tidak bias dibendung lagi”. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald Rumsfle pun pernah mengatakan: “Jika tentara Amerika Serikat keluar dari Irak segera, Irak akan menjadi surga bagi militan dan menjadi basis penyebaran Negara Adidaya Islam yang akan ‘mengancam’ dunia…Irak akan menjadi basis Negara Khilafah yang baru, yang akan meluas ke Timur Tengah”. (Washingtonpost.com, 5/12/2005).
Dalam kesempatan yang lain, tanggal 5 Desember 2005, Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld dalam komentarnya tentang masa depan Irak di Universitas John Hopkins, juga menyatakan: “Irak akan menjadi pondasi Khilafah Islam yang baru yang akan membentang ke seluruh Timur Tengah dan akan mengancam pemerintahan yang sah di Eropa, Afrika dan Asia. Inilah rancangan mereka. Mereka (gerakan Islam fundamentalis) telah menyatakan hal itu. Kita akan melakukan kesalahan mengerikan jika kita gagal mendengar dan belajar”. Desember 2004 lalu, National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul’ “Mapping Global Future”. Dalam laporan ini diprediksi empat skenario dunia tahun 2020, diantaranya: A New Chaliphate: Berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global Barat.
Dan akhirnya, Pusat Studi Kerajaan Belanda di awal tahun 2007 merekomendasikan kepada Kerajaan Belanda: Tegaknya Khilafah adalah sebuah keniscayaan. Kerajaan Belanda harus menerima kenyataan bahwa Khilafah akan segera tegak kembali & Kerajaan Belanda harus mulai menyusun kebijakan-kebijakan yang akan diambil ketika Khilafah tegak nanti.
FAKTA SEJARAH
Tidak dipungkiri (kecuali oleh mereka yang percaya ilusi), saat wafat, salah satu 'harta ber-harga' yang diwariskan Baginda Rasulullah SAW kepada umat ini adalah Daulah Islam (Negara Islam)., yang kemudian dikenal dengan Khilafah Islam. Dalam Negara Islamlah, penerapan Islam betul-betul nyata, dan Islam berkembang pesat sekaligus menguasai seluruh jazirah Arab. Negara semacam inilah yang kemudian diwarisi Khalifah Abu Bakar ra., sesaat setelah Baginda Nabi SAW wafat. Pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ra, Islam semakin menyebar ke luar jazirah Arab.
Setelah Abu Bakar ra wafat, Umar bin al-Khaththab ra diangkat menjadi khalifah. Pada masanya, Kota Damaskus (Syria) berhasil dikuasai. Pasukan Muslim berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Herak-lius terpaksa mundur ke Konstantinopel meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Khalifah Umar ra. lalu berangkat ke Yerusalem. Kaum Gereja Syria dan Gereja Kopti-Mesir bahkan begitu mengharapkan kedatangan Islam. Sebab, semasa kekuasaan Romawi mereka sangat ter-tindas.
Islam segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandariah hingga Tripoli. Ke wilayah Timur, pasukan Muslim juga merebut Ctesiphon, pusat Ke-rajaan Persia pada 637 Masehi. Dari Persia, Islam menyebar ke wilayah Asia Tengah; mulai Turkmenistan, Azerbaijan bahkan ke timur ke wilayah Afganistan sekarang.
Tibalah Utsman bin Affan ra. diang-kat sebagai khalifah berikutnya setelah Umar ra. wafat. Untuk pertama kalinya, Islam mempunyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sufyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakainya untuk mengem-bangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopel pun sempat dikepung.
Berikutnya, penerus Khalifah Utsman ra., adalah Khilafah Ali bin Abi Thalib ra. Pada masanya, meski sempat dilanda 'krisis politik', Islam dan kekuasaannya semakin mantap.
Kekhilafahan Umayah (661-750 M)
Pada masa Muawiyah, kekuasaan melebar ke Barat hingga Tunisia yang berada di seberang Italia. Di Timur, wilayah kekuasaan telah menjangkau seluruh tanah Afganistan sekarang. Wilayah Asia Tengah seperti Bukhara, Khawarizm, Ferghana hingga Samarkand mereka kuasai. Pasukan Umayah bahkan menjangkau wilayah Sind dan Punyab di India dan Pakistan.
Dengan rentang wilayah kekuasaan yang sangat luas pada abad ke-8 M ter-sebut, saat itu Kekhilafahan Islam meru-pakan kekuasaan yang paling besar di dunia, mengalahkan kekuasaan besar lain-nya, yakni Dinasti Tang di wilayah Cina dan Kerajaan Romawi yang berpusat di Kons-tantinopel.
Pada masa ini pula, Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720) berhasil mensejah-terakan seluruh rakyatnya tanpa kecuali. Saat itu, tidak ada seorang pun yang mau menerima pembagian harta zakat.
Daulah Abbasiyah (750-1258 M)
Pada masa ini, Baghdad dibangun sebagai pusat peradaban. Sains dan teknologi berkembang pesat. Kemak-muran masyarakat terwujud pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785). Program irigasi berhasil meningkatkan produksi pertanian berlipat kali. Jalur perdagangan dari Asia Tengah dan Timur hingga Eropa melalui wilayah Kekhalifahan Abbasiyah berjalan pesat. Pertambangan emas, perak, besi dan tembaga berjalan dengan baik. Basrah di Teluk Persia tumbuh menjadi satu pelabuhan terpenting di dunia.
Puncak peradaban Islam terjadi pada masa Harun ar-Rasyid (786-809 M). Bukan hanya kemakmuran masyarakat yang di-capai, namun juga pendidikan, kebu-dayaan, sastra dan lain-lain.
Masa keemasan ini dilanjutkan oleh Al-Ma'mun (813-833). Dia mendirikan ba-nyak sekolah. Ia mendirikan pula "Bait Al-Hikmah", perpustakaan sekaligus pergu-ruan tinggi. Hingga Khalifah al-Mutawakkil (847-861).
Pada awal masa Bani Buwaih (945-1055), kemakmuran kembali berkembang di wilayah Kekhalifahan Abbasiyah. Banyak intelektual bermunculan, sebagian besar-nya bahkan menjadi rujukan di Barat sampai Abad 19.
Pada tahun 1065 dibangun Univer-sitas Nizhamiyah di Baghdad. Inilah yang disebut model pertama universitas yang kini dikenal dunia. Di berbagai kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang universitas ini. Pengetahuan berkembang sangat pesat. Banyak intelektual lahir pada masa ini.
Secuil kisah sukses Negara Islam atau Khilafah Islam itu benar-benar nyata, bukan ilusi, kecuali bagi mereka yang buta sejarah, atau mungkin buta mata hatinya.
KEPASTIAN KEMBALINYA KHILAFAH ISLAM!
Meski sedemikian fakta sejarah membuktikan, dan pengakuan pun datang bukan hanya dari pakar Islam, tetapi juga pakar non-Muslim, tetap saja ada pihak yang meragukan kembalinya Khilafah. Bahkan ada yang menganggap kembalinya Khilafah itu mustahil, dan orang yang hendak menegakkannya kembali itu bagaikan tengah berfantasi.
Berkaitan dengan soal di atas, perlu kami tegaskan di sini, bahwa orang yang mengatakan bahwa Khilafah tidak akan bisa tegak itulah yang justru tengah berfantasi. Dengan izin Allah, Khilafah akan tegak kembali. Keyakinan ini ditopang oleh empat perkara:
Pertama, jaminan dari Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih untuk memberikan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang pernah diberikan kepada para pendahulu mereka.
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS an-Nur [24]: 55).
Kedua, kabar gembira dari Rasulullah saw. berupa akan kembalinya Khilafah Rasyidah ala Minhaji Nubuwwah (berdasarkan metode kenabian), setelah fase penguasa diktator pada zaman kita ini., Nabi saw. Bersabda, sebagaimana dituturkan Hudzaifah al-Yaman:
Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase penguasa yang zalim, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Setelah itu, akan datang kembali Khilafah ala Minhajin Nubuwah (berdasarkan metode kenabian). Kemudian Baginda saw. diam. (HR Ahmad).
Ketiga, umat Islam yang hidup dan dinamis tentu akan menyambut perjuangan bagi tegaknya Khilafah dan siap mendukung perjuangan ini hingga Allah mewujudkan janji-Nya. Setelah itu, mereka akan bahu-membahu merapatkan barisan untuk menjaga Khilafah. Sesungguhnya umat ini diturunkan sebagai umat terbaik (khayra ummah), yang akan selalu bergerak untuk mewudukan predikat itu. Allah SWT berfirman:
"Kalian adalah umat terbaik, yang dihadirkan untuk seluruh umat manusia. Kalian harus menyerukan kemakrufan dan mencegah kemungkaran serta tetap mengimani Allah" (QS Ali �Imran [3]: 110).
Keempat, adanya partai (hizb) yang ikhlas, yang terus bekerja dengan sungguh-sungguh siang dan malam bagi tegaknya Khilafah semata karena hingga janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah saw. itu benar-benar terwujud. Partai itu, sikapnya lurus, tidak pernah takut terhadap cacian orang yang mencaci, tuntutannya tidak pernah melunak serta tekadnya tidak pernah melemah sampai cita-citanya tercapai. Seolah-olah ini membenarkan sabda Nabi saw., sebagaimana dikeluarkan Muslim dan Tsauban:
Akan selalu ada satu kelompok dari umatku, yang selalu memperjuangkan kebenaran. Mereka tidak akan bisa dinistakan oleh siapa pun yang menistakan mereka, hingga urusan Allah ini menang, dan mereka pun tetap seperti itu.
Kini, kembalinya Khilafah tinggal soal waktu. Semuanya ada di tangan Allah. Karena itu, hanya dengan izin dan pertolongan Allah, Khilafah pasti akan tegak kembali! Wallahu a'lam
Catatan Muhammad
Labels: Dakwah
Cetak halaman ini