Penguasa Turki Tidak Mengerti Bahasa Yang Pantas Untuk Entitas Yahudi
Hal ini disampaikan oleh Erdogan dalam sebuah wawancara dengan jaringan Euronews. Sementara para pemimpin Yahudi menuduh tidak adanya “diplomasi” oleh mereka terhadap Turki. Erdogan mengatakan dalam wawancara itu, bahwa Ankara telah mengerahkan semua kekuatannya untuk keberhasilan negosiasi tidak langsung antara Suriah dan Israel.
*** ***
Sungguh para penguasa Turki semakin hari, justru mereka semakin tidak mengerti tentang bahasa yang pantas untuk kaum kafir pendudukan Yahudi. Berbeda dengan sikap tegas yang dipraktekkan oleh para khalifah kaum Muslim terhadap siapapun yang menduduki dan menyerang negeri-negeri kaum Muslim, dimana hal itu tercermin dalam ungkapan: “Jawabannya adalah apa yang Anda lihat, bukan apa yang Anda dengar.” Pernyataan itu kemudian diikuti dengan menggerakkan tentara yang akan menghancurkan kaum kafir pendudukan, dan tidak menyisakan sedikitpun. Bahkan para penguasa Turki tidak ingin ada bahsasa seperti ini dalam kamus mereka, dan juga ingin tindakan-tindakan seperti itu ada dalam catatan-catatan mereka.
Ya, seperti itulah Erdogan, yang telah menipu kaum Muslim ketika ia mengungkapkan beberapa kemarahannya di depan pemimpin entitas Yahudi pada saat konferensi Davos setahun yang lalu. Sementara di sini, ia mengakui bahwa “Turki adalah sahabat setia Israel,” sebagaimana yang ia katakan dalam wawancara tersebut. Bagaimana mungkin orang yang bersahabat dengan negara pendudukan Yahudi seperti itu akan diterima oleh umat Islam, sementara umat sangat membenci pendudukan, dan bahkan umat saat ini sedang berada pada puncak keingginannya untuk mencabut negara pendudukan ini hingga keakar-akarnya? Apalagi dengan gamblang diketahui bahwa “Teman musuh Anda adalah musuh Anda juga“.
Jika Turki itu adalah sahabat dari entitas Yahudi, dan jika Erdogan menyebut Yahudi dengan persahabatan ini, maka mengapa masih ada di antara kaum Muslim yang memuji dan bersorak bukti setuju dengannya? Terutama dari anak-anak Palestina yang dibombandir dengan fosfor putih setelah para penguasa Turki dan para penguasa kaum Muslim lainnya sama-sama mengabaikan mereka.
Selain itu, Erdogan membatasi arah ancamannya, bahwa ia akan terus mengkritik setiap kebijakan entitas Yahudi. Bukankah ini saja sudah merupakan aib bagi dirinya? Bahwa, kritikan adalah upaya maksimal yang dapat dilakukan para penguasa Turki, padahal Turki dikenal sebagai “Negara yang memiliki sejarah yang terbentang selama ratusan tahun.” Bahkan ia sering mengingatkan masa kejayaan para khalifah Utsmaniyin yang begitu ia banggakan dalam pernyatannya, sementara perbuatannya sangat bertentangan dengan semua itu, dan parahnya lagi justru mereka mengadopsi sistem kufur sekulerisme peninggalan Ataturk laknatullah ‘alaihi.
Dan mengapa bangsa Arab harus berlomba membuka jembatan penghubung antara Suriah dan negara Yahudi untuk mendapat penghargaan dari kaum Muslim? Padahal ini merupakan usaha untuk keberhasilan negosiasi yang justru akan memperkuat eksistensi pendudukan Yahudi di tanah Palestina, dan bahkan menjadikan mereka berkuasa atas kaum Muslim yang ada di sana. Dengan tindakannya itu, sungguh ia sedang menentang firman Allah SWT: “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (TQS. An-Nisâ’ [4] : 141)
Bukanlah bernegosiasi dengan entitas pendudukan Yahudi ini adalah bentuk pengkhianatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman?
Tidak diragukan lagi bahwa dengan ini Erdogan menjadi saksi akan pengkhianatan dirinya, bahkan ia mengakui usahanya yang bathil ini, dan ia pun menjadi saksi atas dirinya bahwa ia tidak berpikir dengan kekuasaannya di Turki untuk mengembalikan Palestina dengan Jihad, bahkan ia telah menetapkan arah reaksinya, yaitu hanya dengan melontarkan kritikan terhadap pendudukan Yahudi.
Erdogan membuat sandiwara yang kotor terhadap kaum Muslim. Ia berusaha mengulang kembali tragedi umat dengan penipun dan kemunafikan para penguasa. Dimana secara terbuka mereka menyatakan permusuhan terhadap penjajahan, sementara dalam kenyataannya mereka justru yang melaksanakan program-program penjajahan, dan yang mewujudkan setiap kepentingannya. Seharusnya umat tidak boleh terus tertipu oleh beragam intrik Erdogan dan partainya yang bertentangan dengan kepentingan umat.
Biarlah! Erdogan mengkritik apa yang ia inginkan dan kapan saja ia menginginkan, sementara umat akan mencabutnya dan melemparkannya ke dalam sampah sejarah. Kemudian umat akan menyeru entitas Yahudi dengan bahasa yang dapat dipahaminya, seperti para khalifah terdahulu menyeru setiap penyerang dan agresor.
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya.” (TQS. Yusuf [12] : 21)
Sumber: pal-tahrir.info, 3/2/2010.
Labels: Berita Luar Negeri
Cetak halaman ini